Jatim

Melihat Aswaja Center Kunjang Kediri yang Rutin Adakan Kajian Bulanan

Senin, 7 Februari 2022 | 08:00 WIB

Melihat Aswaja Center Kunjang Kediri yang Rutin Adakan Kajian Bulanan

Kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah yang diadakan ​​​​​​​Aswaja NU Center Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kunjang, Kabuaten Kediri, Jawa Timur pada Ahad (6/2/2022). (Foto: istimewa)

Kediri, NU Online 
Aswaja NU Center Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kunjang, Kabuaten Kediri mengadakan Kajian Islam Ahlussunnah wal Jamaah pada Ahad (6/2/2022). Acara ini merupakan kajian rutin setiap Ahad Pon yang dilaksanakan oleh Aswaja NU Center (Asnuter) MWCNU Kecamatan Kunjang sebagai bentuk tanggung jawab lembaga dalam menanamkan ajaran Islam yang berhaluan Ahlussunnah wal Jamaah.

 

"Ini kajian rutinan tiap Ahad Pon, tapi sempat berhenti pada masa pandemi," ujar Ustadz Ibrahim, Ketua Aswaja NU Center MWCNU Kunjang. 

 

Kajian pada hari itu bertempat di Masjid Nur Rohman, Desa Wonorejo, Kecamatan Kunjang diikuti ratusan warga Nadliyin dari segenap penjuru Kecamatan Kunjang. Acara berjalan dengan tertib dan tenang, penuh dengan wawasan tentang berbagai macam aliran dalam Islam serta kewaspadaan terhadap aliran menyimpang.

 

Iksanudin, salah satu pengurus MWCNU Kunjang kegiatan rutin ini dilaksanakan setiap Ahad Pon, dengan menghadirkan pembicara dari Asnuter PCNU Kediri dan sekitarnya. "Seperti hari ini kami mengundang pemateri dari Aswaja NU Center PCNU Kabupaten Jombang," ucapnya.

 

Ia juga menjelaskan, gelaran even seperti ini rata-rata diikuti oleh 250-300 warga NU. "Semua banom NU dan lembaga NU bahu membahu bekerjasama untuk mensuksekan acara tersebut, dengan kehadiran mereka," ujarnya.

 

Kajian seperti ini sangat penting, lanjutnya, sebagai ihtiar pembentukan karakter jamaah sehingga muncul sikap tawasuth (pertengahan), tawazun (seimbang), ta’adul (adil), serta tasamuh (toleransi) dalam kehidupan bermasyarakat.

 

Dalam penyampaian materi, Yusuf Suharto, Dewan Pakar Aswaja NU Center PCNU Jombang menjelaskan tentang wawasan bermazhab dan kewaspadaan pada aliran yang menyimpang dari ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.

 

"Ahlussunnah mengikuti satu di antara empat mazhab, yakni Imam Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Abu Hanifah, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Mengapa kita sering mengikuti mazhab Imam Syafi’i? Karena bermazhab perlu istiqomah dalam praktiknya. Akan repot bila setiap bulan kita akan berganti mazhab," jelasnya.

 

Tokoh muda NU berkacamata ini menjelaskan bahwa yang bukan NU belum tentu bertentangan dengan NU. "Yang berbeda dengan NU dan bertentangan dengan NU, bisa dikenali ciri-cirinya," ujarnya.

 

Kontributor: Sakhi
​​​​​​​Editor: Kendi Setiawan