Lingkungan

BRG Harap Pendidikan Lingkungan Diberikan sejak Dini

Rabu, 6 Mei 2020 | 12:00 WIB

BRG Harap Pendidikan Lingkungan Diberikan sejak Dini

Dokumentasi Kegiatan Youth Sanitation Camp BRG yang melibatkan pelajar sejumlah daerah di Indonesia Oktober 2019. (Foto: BRG) (Foto: dok. BRG)

Jakarta, NU Online
Badan Restorasi Gambut (BRG) RI berharap anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus penjaga lahan gambut diberikan pendidikan lingkungan sejak dini. Hal itu dapat dilakukan melalui sentuhan pembelajaran di kelas secara rutin pada semua tingkatan sekolah. 
 
Kepala Subpokja Edukasi, Sosialisasi dan Pelatihan BRG, Deasy Efnidawesty mengatakan, di antara tugas BRG yang tertuang dalam Peraturan Presiden RI nomor 1 tahun 2016 adalah memberikan edukasi kepada masyarakat terkait lingkungan atau gambut. Karena itu, perlu dilakukan pendidikan secara massif kepada masyarakat sejak dini. 
 
Upaya itu bisa diperkuat dengan metode belajar di kelas atau memberikan siswa-siswi Indonesia buku-buku yang membahas lingkungan gambut. Selama ini, ucap dia, literatur yang membahas gambut cenderung diperuntukkan bagi orang-orang dewasa. Padahal, penting juga transformasi ilmu pengetahuan perihal lingkungan kepada anak usia sekolah. 
 
Sudah saatnya, buku-buku yang membahas lingkungan tersebut dibuat berdasarkan dunia anak. Caranya bisa dibuat dengan model cerita, dongeng, atau format lain yang bisa mempercepat pemahaman anak kepada lingkungan. 
 
"Perlindngan gambut sering dibahasakan menggunakan pemahaman orang dewasa, dengan bahasa yang tinggi. Sedangkan anak-anak yang merasakan, menerima dampak terbesar akibat kebakaran gambut tahun 2015. Kemudian, anak-anak seperti kita tahu, mereka pemilik masa depan gambut Indonesia, berhak untuk dilibatkan," katanya saat menjadi narasumber pada kegiatan Diskusi Online bertajuk Literasi Perlindungan Gambut untuk Penguatan Cinta Lingkungan, Senin (4/5). 
 
Dia meyakini, anak-anak di Indonesia akan lebih mencintai lingkungan jika kegiatan pembangunan karakter cinta lingkungan dilakukan secara terus menerus di lembaga pendidikan. Sebagai generasi emas, ucap dia, usia anak yang masih muda dapat dengan cepat menyerap ilmu pengetahuan. 
 
"Usia mereka kan usia pengembangan kemampuan intelektual, pengembangan pribadi dan sosial. Maka sesuai dengan pengembangannya, kita harus memberi pemahaman yang komprehensif kepada mereka," tuturnya. 
 
Diskusi virtual itu dibuka secara umum, dimulai pukul 10.00 WIB pagi dan berakhir pada pukul 12.00 WIB. Selain Kepala Subpokja Edukasi, Sosialisasi dan Pelatihan BRG, Deasy Efnidawesty, ada enam narasumber yang memaparkan materi. 
 
Mereka adalah Kepala Pusat Penguatan Karakter pada Kemendikbud RI, Hendarman yang akan membahas Kebijakan Penguatan Karakter Cinta Lingkungan. Praktisi Pendidikan Lingkungan, Aulia Wijiasih memaparkan topik Pengalaman Penguatan Pendidikan Lingkungan.  
 
Selanjutnya, Kepala SDN Suka Makmur, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Armayen, menyampaikan Pengalaman Mengenalkan Ekosistem Gambut dalam Proses Belajar Mengajar. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, H Suwarno Muriyat mengurai Implementasi Pendidikan Karakter Cinta Lingkungan untuk Pendidikan Dasar di Kabupaten Kapuas.   
 
Kemudian, Nabila Naisha Angraini, Siswa SDN Buantan Lestari, Kabupaten Siak, Provinsi Riau akan menyampaikan Kesan terhadap Pembelajaran Materi Ekosistem Gambut. Dan, Nadia Jessica Jonatan, Peserta Youth Camp 2019 dan Mahasiswa Institut Teknologi Bandung yang membahas Kesan dan Pengalaman Memperluas Kecintaan pada Ekosistem Gambut.    
 
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori 
Editor: Kendi Setiawan