Lingkungan

Fitriyani Senang Terlibat Penyelamatan Lingkungan di Perdesaan Gambut

Selasa, 1 Desember 2020 | 15:00 WIB

Fitriyani Senang Terlibat Penyelamatan Lingkungan di Perdesaan Gambut

Perhatian Fitri kepada lingkungan tersebut tidak diragukan lagi. Dia rela meninggalkan waktunya sekedar untuk membersihkan hutan dan gunung bersama teman-temannya. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Segala sesuatu harus berangkat dari hobi. Jika tidak, hasilnya pun bisa-bisa hanya menjurus kepada kegagalan yang nyata. Pesan inilah yang tampak pada diri seorang Fitriyani (27). Fasilitator Desa (Fasdes) Badan Restorasi Gambut (BRG) asal Kuala Pembuang Kabupaten Seruyan, Kalimantan Tengah ini mengaku tidak pernah lepas dari aktivitas menjaga alam. 

 

Dulu, saat kuliah di Universitas Palangka Raya, Fitri, sapaan akrab Fitriyani, aktif terlibat penyelamatan lingkungan melalui organisasi pecinta alam. Dalam satu bulan, programnya membersihkan lingkungan sekitar, baik lahan maupun hutan serta mengajak masyarakat untuk melestarikan dan merawat bumi. Berbekal pengalaman itu, Fitriyani tidak merasa kaget ketika harus bertugas menjadi Fasdes di tempat tinggalnya sendiri yakni di Desa Mekar Indah, Kecamatan Seruyan Hilir. 

 

Fitiryani lahir di Kuala Pembuang, 1 April 1995. Keluarganya tergolong biasa saja. Artinya tidak memiliki latar belakang keluarga yang mengerti akan lingkungan. Tapi, perhatian Fitri kepada lingkungan tersebut tidak diragukan lagi. Dia rela meninggalkan waktunya sekedar untuk membersihkan hutan dan gunung bersama teman-temannya. 

 

Kini, Fitri merasa bahagia karena setiap hari bisa berkesempatan pergi ke kawasan lahan dan hutan gambut. Selain itu, bersama masyarakat Fitri bisa melakukan langsung kerja-kerja restorasi gambut. Paling penting, Fitri bisa lebih mencintai masyarakat kecil yang hidup dan tinggal di perdesaan gambut Kalteng. 

 

"Mengapa saya mau  menjadi Fasdes BRG? Karena saya ingin  membangkitkan semangat masyarakat khususnya petani agar bisa lebih peduli lagi terhadap lahan gambut yang ada di desa mereka," kata Fitri dihubungi NU Online dari Jakarta, Ahad (29/11). 

 

Ia menceritakan awal mula menjadi bagian dari tim restorasi daerah BRG RI. Februari-April 2020 lalu, kata Fitri, BRG membuka kesempatan bagi masyarakat yang tertarik dengan upaya penyelamatan lingkungan gambut di tujuh provinsi di Indonesia. 

 

Alumni Program Studi Kehutanan Univeristas Palangka Raya ini kemudian mencoba mendaftar, setelah mengikuti seluruh rangkaian rekrutmen oleh BRG Fitri tidak menyangka bisa terpilih menjadi seorang Fasdes di tempat tinggalnya sendiri. 

 

Barulah pada Maret 2020, Fitri mulai bekerja di lapangan. Saat itu Fitri yang memiliki hobi naik gunung ini merasa kehidupannya benar-benar didapatkan. Fitri merasa plong, akhirnya cita-cita menjadi pengabdi masyarakat desa dan penyelamat lingkungan bisa tercapai. Meski Fitri menyadari ada banyak hal lagi agar keinginan menjadi penyelamat lingkungan bisa benar-benar terwujud. 

 

"Sebelum menjadi Fasdes, saya sudah pernah terlibat dalam kegiatan yang berkaitan dengan lingkungan dan masyarakat desa. Berhubung saya juga lulusan kehutanan dan bergabung juga dalam sebuah organisasi pecinta alam. Oleh karena itu saya tertarik membantu untuk program restorasi gambut di Kalteng," tuturnya.

 

Beberapa hari setelah dinyatakan sah menjadi Fasdes Mekar Indah, Fitri langsung terlibat, Sosialisasi program desa peduli gambut, kolaborasi kegiatan bersama Ibu-ibu PKK Desa Mekar Indah, mengikuti kegiatan panen padi, mengikuti panen jahe merah, serta aktivitas lain yang menjurus pada pemeliharaan dan pemberdayaan masyarakat perdesaan gambut. 

 

"Nah, pada situasi kali ini saya juga aktif sosialisasi pencegahan Covid-19 ke masyarakat langsung. Saya pun ikut serta dalam penjagaan Posko Covid-19 di Desa Mekar Indah," kata wanita yang dulu bersekolah di SMA Negeri 1 Kuala Pembuang tahun 2011-2014 ini. 

 

Dia berkomitmen akan terus mengajak masyarakat desa mengembalikan hidrologis ekosistem gambut dengan cara memakmurkan lahan-lahan gambut yang ada. Luas lahan gambut di Desa Mekar Indah mencapai 10 hektar. Dia optimis luasan lahan tersebut bisa kembali pulih jika dilakukan secara bersama-sama dengan masyarakat. 

 

Meski infrastruktur yang tidak memadai, Fitiri terus berusaha agar bisa melihat langsug lahan gambut yang rusak akibat terbakar. Namun, dia merasa bersyukur karena respon pihak desa dan masyarakat setempat sangat ramah kepada dirinya. Rasa cape dan lelah tergantikan oleh kebaikan masyarakat tersbut. 

 

"Saya merasa senang menjalankan profesi ini meski tantangan yang saya hadapi diantaranya akses jalan yang masih belum beraspal. Apabila musim hujan tiba, jalan menuju Desa Mekar Indah sulit dilalui karena genangan airnya terlalu banyak," ungkapnya. 

 

Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Kendi Setiawan