Lingkungan PROFIL DAI GAMBUT

Gus Masduk Ketagihan Ngaji Gambut bareng Warga Hapalah, Kalsel

Kamis, 14 Mei 2020 | 12:00 WIB

Gus Masduk Ketagihan Ngaji Gambut bareng Warga Hapalah, Kalsel

Pandemi Covid-19 bagi Gus Masduk menjadi momentum yang harus dimanfaatkan oleh umat Muslim di Kalimantan Selatan. Kegiatan gerakan #Dirumahaja menurutnya banyak memberikan kesempatan warga untuk memperbanyak ibadah. (Foto: dok istimewa)

Jakarta, NU Online
Gus Masduk (47), begitu masyarakat memangilnya. Ia merupakan seorang tokoh masyarakat yang juga dai gambut di Desa Hapalah, Kecamatan Banua Lawas, Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan.
 
Sehari-hari, aktivitasnya mengajar ngaji di majelis taklim, masjid dan langgar. Selain itu pergi ke kebun untuk mengolah lahan pertanian juga rutin ia lakukan. Namun, sudah hampir tiga bulan ini, Gus Masduk tidak beraktivitas seperti biasanya, lantaran, ada imbauan pemerintah untuk tidak banyak ke luar rumah disebabkan pandemi Covid-19. 
 
Meski begitu, pandemi Covid-19 bagi Gus Masduk menjadi momentum langka yang harus dimanfaatkan oleh umat muslim di Kalimantan Selatan. Kegiatan gerakan #Dirumahaja menurutnya banyak memberikan kesempatan kepada warga untuk memperbanyak ibadah, apalagi wabah tersebut bertepatan dengan bulan suci Ramadhan 1441 H. 
 
Tidak bermaksud bangga atas hadirnya wabah Covid-19, Gus Masduk mengaku hanya merefleksikan bahwa di balik ujian yang diturunkan Allah SWT selalu ada hikmah yang dapat dipetik umat manusia terutama mereka yang beragama Islam. 
 
Karena pandemi Covid-19 tersebut Gus Masduk tak bisa banyak melakukan petemuan dengan jumlah yang banyak. Kecuali mereka yang tinggal di lingkungan terdekat dari tempat tinggal Gus Masduk, mereka tetap mengikuti pengajian yang digelar Gus Masduk selama Ramadhan 1441 hijriah. 
 
Atas persoalan-persoalan itu, Gus Masduk mengaku rindu saat-saat ngaji perihal gambut bersama masyarakat Desa Hapalah yang hampir setiap tiga hari dalam seminggu dilangsungkan di Langgar milik masyarakat tersebut.  
 
Dalam penuturannya kepada NU Online, Gus Masduk merasa bahagia bisa terus bersilaturahim dengan masyarakat sehingga seolah akitivitas tersebut menjadi ada yang kurang jika tidak dilakukan. Selanjutnya, dai gambut yang melekat padanya sejak tahun 2019 semakin meningkatkan kepedulian Gus Masduk terhadap dakwah lingkungan seperti yang diharapkan BRG. 
 
"Iya, sejak pandemi Covid-19 semua kegiatan Ngaji Gambut ditunda. Tapi tetap pengajian dilakukan empat hari dalam seminggu bersama warga yang dekat-dekat saja. Saya jadi kangen suasanya ngaji gambut bersama warga seperti hari-hari biasa," kata Gus Masduk membuka obrolannya. 
 
Ia menjelaskan, kegiatan berdakwah sudah ia lakukan jauh sebelum menjadi seorang dai gambut. Namun, topik yang disampaikan cenderung hal-hal yang bersifat ubudiyah. Jarang sekali membahas persoalan lingkungan, padahal dekat dari tempat tinggalnya terdapat beberapa kejadian yang tidak ramah lingkungan misalnya para petani yang membuka lahan dengan cara dibakar. Itu pula yang menjadi alasan mengapa Gus Masduk mau menjadi seorang dai gambut. 
 
Pria yang lahir di Habau 5 Oktober 1973 ini menambahkan, sejak diberikan pelatihan oleh BRG Gus Masduk terus mengoptimalkan kegiatan dakwah dengan tema-tema lingkungan. Upaya itu dilakuan semata untuk mendorong dan menyadarkan masyarakat, agar terus menjaga serta merawat kelestarian alam gambut.  
 
"Hari-hari biasa jika saya pengajian selalu saya selipkan topik lingkungan tapi bulan ini belum banyak membahas gambut. Bahkan beberapa kali saya kutbah Jumat dengan tema dampak mengelola lahan gambut akibat dibakar," sambung ayah 10 anak ini.
 
Tidak ada kendala berarti yang dialami Gus Masduk selama kegiatan berdakwah di masyarakat. Respons masyarakat di perdesaan gambut pun sangat positif, bahkan dalam pantauan Gus Masduk setelah banyak disosialisasikan terkait manfaat dan cara mengolah lahan gambut kebanyakan masyarakat sudah tidak ada lagi yang berani membuka lahan dengan cara dibakar. 
 
"Tanggapan masyarakat positif karena sudah banyak juga yang menyampaikan selain saya.  Kita hanya menyampaikan manfaat dan akibat salah mengolah lahan gambut," tuturnya.
 
Pewarta: Abdul Rahman Ahdori 
Editor: Kendi Setiawan