Lingkungan

Hujan Buatan, Upaya Pemerintah Kurangi Potensi Karhutla

Selasa, 5 Juni 2018 | 22:15 WIB

Hujan Buatan, Upaya Pemerintah Kurangi Potensi Karhutla

Ilustrasi (straitstimes.com)

Jakarta, NU Online
Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terus berupaya melakukan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), khususnya di Sumatera Selatan sebagai salah satu tempat perhelatan Asian Games 2018 Agustus mendatang.

Hujan buatan menjadi salah satu alternatif upaya KLHK untuk mengurangi titik-titik yang berpotensi menimbulkan asap. Selama kurun waktu dua pekan, 16 Mei hingga 2 Juni, 27 ton garam terlah dihabiskan untuk kegiatan tersebut.

“Dari periode 16 Mei - 2 Juni 2018 total garam yang telah dijatuhkan sebanyak 27 ton yang terpusat di Provinsi Sumatera Selatan yaitu di Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir (OKI),” tulis rilis KLHK pada Ahad (3/6).

Upaya pembuatan hujan buatan, lanjutnya, dilakukan dengan menggunakan pesawat Casa 212 PK-PCT dengan sekali semai garam sebanyak satu ton sehingga dalam dua minggu tersebut, total sudah 27 kali semai.

“Hal ini diharapkan dapat mempercepat pembentukan butir-butir hujan sehingga kawasan-kawasan rawan karhutla tetap basah dan meminimalkan potensi kekeringan yang rawan memicu karhutla,” tulisnya.

Selain hujan buatan, KLHK juga menjatuhkan bom air sejumlah lebih dari 6 juta liter di Provinsi Riau dan Sumatera Selatan guna mengusahakan berkurangnya titik api.

Tak kalah dengan gerakan dari udara, satgas darat juga tidak berhenti bergereak dengan selalu melakukan patroli terpadu dan mandiri, serta sosialisasi. 288 posko dari 816 desa di enam provinsi rawan karhutla, yakni Provinsi Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tenggara telah melakukan patroli tersebut.

Menurut Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PBNU Ali Yusuf, dampak negatif yang diakibatkan dari karhutla cukup memprihatinkan. Penduduk atau pengusaha yang membuka lahan dengan cara membakar menimbulkan mudarat lebih besar dibanding hasil upah yang mereka peroleh dari aksinya.

Oleh karena itu, LPBI NU mengajak masyarakat agar dapat mencegah terjadinya karhutla, khususnya di lahan gambut. Sebab, lahan tersebut, katanya, manfaatnya cukup besar untuk ekosistem. “Mari kita jaga lahan terutama gambut karena ia memiliki manfaat yang sangat banyak untuk kelangsungan ekosistem kita,” katanya. (Syakir NF/Mahbib)