Nasional

1 Juni, Momen Perkuat Ruh Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

Kamis, 1 Juni 2023 | 16:30 WIB

1 Juni, Momen Perkuat Ruh Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

Hari Pancasila menjadi momentum tepat untuk refleksi menatap masa depan bangsa. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Peringatan Hari Lahir Pancasil setiap tanggal 1 Juni menjadi momentum untuk merefleksikan fondasi ideologi bangsa Indonesia. Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa, M Nabil Haroen menilai Hari Lahir Pancasila mestinya dimaknai secara reflektif untuk melihat Indonesia masa lalu, masa kini dan masa depan.


"Pancasila menjadi ideologi bangsa Indonesia, yang menjadi fondasi bangsa ini bisa bertahan sampai sekarang. Jadi, kita perlu memaknai masa lalu untuk menerka masa depan," ungkapnya kepada NU Online, Kamis (1/6/2023).


Nabil Haroen menilai bahwa Pancasila merupakan nilai utama keindonesiaan dan kebangsaan kita. "Aspek-aspek moral, spiritual dan sekaligus gerak kebangsaan Indonesia sudah terangkum dalam Pancasila. Pikiran Bung Karno serta dialektika dengan berbagai founding fathers bangsa Indonesia, terangkum dalam nilai-nilai utama Pancasila," terang Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) ini.


Menurut Nabil, pada saat ini, Pancasila harus menjadi aksi atau menjadi gerakan. "Nilai-nilai utama untuk persatuan dan kesatuan bangsa haruslah diutamakan, dengan madzhab politik-ekonomi-kebudayaan yang memperjuangkan kesejahteraan Indonesia. Pancasila juga mengajarkan betapa spiritualitas dan kebangsaan, menjadi dua hal yang senafas seperjuangan," tegasnya.


Dalam pandangan Nabil, kekuatan nasionalis dan religius menjadi penting. "Bung Karno menekankan, bahwa kekuatan kelompok nasionalis dan religius merupakan kekuatan bangsa. Pada konteks sekarang, kolaborasi kelompok Islam dan nasionalis, menjadi tulang punggung bangsa." 


Anggota DPR RI ini menekankan bahwa sudah terbukti, dalam beberapa dekade sejarah Indonesia, persatuan kelompok nasionalis dan religius Islam menjadi kekuatan utama bangsa Indonesia. Pada sisi kelompok Islam, komitmen Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah menjadi bukti nyata.


Menjelang tahun politik 2024 ini, kesatuan dan kolaborasi kelompok nasionalis dan religius, menjadi penopang utama kesatuan dan persatuan bangsa. ”Jangan sampai ada usaha memecah belah bangsa, hanya karena kepentingan politik jangka pendek," terangnya.


"Kita memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2023 dengan semangat untuk meningkatkan kesejahteran dan memperjuangkan martabat bangsa Indonesia secara global," tegas Nabil. 


Dia menegaskan Pimpinan Pusat Pagar Nusa mengajak kader-kadernya untuk menggali nilai dasar Pancasila, sekaligus memaknai dengan pendekatan pengetahuan Islam ala pesantren. “Tugas sebagai penjaga ukhuwah di NKRI juga menjadi tugas Pagar Nusa, yang merupakan cermin penting dari nilai-nilai utama Pancasila,” ujarnya.


Memasuki ruh Pancasila

Nilai-nilai Pancasila harus menjadi ruh dalam kehidupan berbangsa. Sastrawan dan budayawan Ahmad Tohari  dalam wawancara dengan NU Online mengatakan kunci untuk memasuki nilai-nilai atau ruh Pancasila adalah dengan eling (mengingat dan menyadari sungguh-sungguh, red) tentang eksistensi, peran dan fungsinya.


Tohari mencontohkan, misalnya seorang suami yang eling, ia tahu harus bekerja memenuhi kebutuhan keluarga, setia kepada keluarga, tahu perkembangan anak-anaknya, dan mampu meletakkan keberadaan keluarganya di tengah-tengah masyarakat. 


“Kalau saya sebagai orang Islam yang eling, ya tentu harus melaksanakan seluruh inti keluhuran agama Islam. Bukan hanya menjalankan syariatnya saja, tatapi juga membumikannya ke dalam perilaku. Sebagai orang Islam tentu menjalankan perilaku dengan akhlakul karimah,” ujarnya. 


“Demikian juga bila saya seorang pegawai atau pejabat yang eling, saya harus sadar bahwa jabatan adalah pemberian rakyat. Saya adalah pelayan rakyat, dan akan saya kembalikan gaji yang saya terima dengan pelayanan sebaik-baiknya kepada rakyat. Saya harus jujur, dan menjaga komitmen,” lanjutnya.


Celakanya, kata Tohari, sekarang ini sangat sedikit pejabat yang eling seperti itu. Banyak pejabat yang berpikir bahwa jabatan adalah alat kekuasaan mereka, bukan sebagai amanat dari rakyat untuk kesejahteraan rakyat. 


Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Syakir NF