5 Bahaya Hubungan Inses, dari Lahir Cacat hingga Suka Sesama Jenis
NU Online · Senin, 3 Juli 2023 | 14:00 WIB
Jakarta, NU Online
Penemuan kasus inses atau perkawinan sedarah di Purwokerto, Jawa tengah menyedot perhatian publik. Hal ini spontan menuai banyak respons dari masyarakat Indonesia. Tak hanya diperbincangkan di ruang digital, kejadian tersebut bahkan menjadi santapan langsung dalam banyak pertemuan luring.
Merespons hal itu, Psikolog Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Jakarta, Rakimin terdapat beberapa faktor pemicu seseorang melakukan inses.
“Pelaku inses memiliki pengetahuan agama yang rendah dan agresivitas yang tinggi,” kata Rakimin kepada NU Online, Ahad (2/7/2023).
Baca Juga
Hikmah Perkawinan dalam Islam
Ia menambahkan, pelaku inses merupakan pribadi yang memiliki kontrol diri yang lemah. Selain itu, inses juga bisa disebabkan persoalan hiperseks atau hasrat seksual yang tinggi.
“Pelaku inses memungkinkan hiperseks. Pelaku inses mengalami adiksi (kecanduan) seksual,” terang dia.
Rakimin mengungkapkan, hubungan sedarah terlarang memiliki dampak serius pada korbannya.
“Penelitian menunjukkan, korban inses mengalami trauma dan membutuhkan pendampingan orang sangat dekat dan dipercaya untuk mengungkap kejadian yang dialami," paparnya.
Baca Juga
Hukum Menikahi Saudara Ipar
Lalu, apa saja sederet dampak serius dari perilaku inses? Rakimin mengungkapkan setidaknya ada 5 dampak inses.
1. Resiko cacat atau gangguan genetik
Rakimin menutur, anak yang lahir dari hubungan inses memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami cacat genetik atau gangguan perkembangan.
“Karena kedua orang tua memiliki sebagian besar materi genetik yang sama, peluang untuk memperoleh salinan yang rusak atau cacat dari gen tertentu meningkat secara signifikan,” jabar dia.
2. Gangguan kesehatan mental
Hubungan inses seringkali berhubungan dengan gangguan kesehatan mental pada individu yang terlibat.
“Masalah seperti takut, stress, depresi, kecemasan, gangguan kepribadian, dan masalah emosional lainnya dapat timbul akibat tekanan, konflik, atau rasa bersalah dan berdosa yang terkait dengan hubungan tersebut,” ungkapnya.
3. Konflik keluarga
Hubungan inses dapat menyebabkan konflik yang serius dalam keluarga. Hal ini dapat mencakup ketegangan antara anggota keluarga, perselisihan tentang moralitas dan nilai-nilai keluarga, serta kerusakan hubungan sosial dengan anggota keluarga yang lain.
4. Terasing secara sosial
Rakimin menilai, kasus inses kerap membuat rasa bersalah dan dosa karena melanggar nilai dan norma sosial dan agama, kecuali pelaku yang mengalami kelainan mental atau kepribadian yang buruk. Rasa bersalah dan dosa menjadikan para pelaku malu dan menolak berinteraksi dengan tetangga ataupun masyarakat.
5. Trauma dan suka sesama jenis
Rakimin menutur, korban yang mengalami traumatik dengan kasus inses bisa berdampak kelainan baru, yakni suka dengan sesama jenis. Hal ini disebabkan karena trauma hubungan lawan jenis namun dilakukan dengan anggota keluarga atau sedarah.
Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua