Nasional

5 Kata Seksis yang Wajib Dihindari, Dari Unboxing Hingga Baju Dinas

Selasa, 13 September 2022 | 14:00 WIB

Jakarta, NU Online
Perempuan kini mungkin sudah bisa berjaya dan maju di pekerjaan, pendidikan, dan struktur sosial, namun itu tak lantas meniadakan tindakan seksisme secara halus maupun ungkapan guyon (jokes) yang mereka terima sehari-hari, padahal itu wajib dihindari. Beberapa diantaranya berhasil NU Online himpun dari berberbagai sumber.

 

1. Unboxing
Bentuk pelecehan bukan hanya sentuhan fisik, tetapi juga kata-kata bermuatan seksual hingga komentar mengenai aktivitas pribadi. Misalnya, ungkapan unboxing yang dilontarkan kepada perempuan yang baru memasuki dunia pernikahan. “Gimana unboxingnya semalam?”, meskipun bercanda namun ungkapan tersebut seolah-olah menempatkan posisi perempuan sebagai benda.

 

Unboxing merupakan kata dalam bahasa Inggris yang artinya membuka kemasan. Dalam konteks media sosial, unboxing biasanya melibatkan seseorang yang merekam proses membuka kemasan asli untuk mengungkapkan produk.

 

2. Ngasih jatah
Kata ‘ngasih jatah’ terkesan seakan-akan aktivitas seksual hanya dibutuhkan dan diperuntukkan bagi laki-laki atau suami. Padahal, kebahagiaan dalam pernikahan menjadi hak bersama, suami dan istri.

 

“Hakikat tujuan pernikahan harus berlandaskan rasa kesalingan antara suami dan istri, tidak melulu salah satu pihak saja yang dominan. Artinya ada hubungan timbal balik, take and give, saling memberi dan menerima,” terang Dosen Institut Agama Islam Al Hikmah Tuban, Fathonah K Daud sebagaimana dikutip dari Pesan Kesetaraan dalam Menikmati Hubungan Seksual.

 

3. Melayani 
Sesungguhnya dalam menjalin ikatan suci pernikahan baik laki-laki maupun perempuan mereka sama-sama harus tunduk pada ajaran agama dengan berpedoman pada kitab suci Al-Qur’an, bukan sebaliknya patuh dan tunduk pada sesama manusia atau pasangan.

 

Jadi suami tidak berhak memperlakukan istri dengan seenaknya dengan dasar untuk kesenangan pribadi. Apalagi memosisikan diri sebagai tuan dan istrinya sebagai pelayan.

 

4. Expired
Saat perempuan sudah berumur 20 sampai 30 tahun, lingkungan sekitar tentu akan menanyakan kapan ia menikah. Di masyarakat umum, saat seorang perempuan sudah berumur tetapi belum juga menikah, seringkali dilabeli  ‘tidak laku’, atau diingatkan bahwa dirinya punya ‘expired date’. Hal serupa lebih sedikit dialami oleh laki-laki.

 

Ungkapan ‘expired’ itu memang sungguh ambigu. Bagaimana pun, diburu-buru menikah dengan alasan expired itu tidak enak, seolah-olah perempuan adalah susu formula atau barang apa saja yang bisa kedaluwarsa.

 

5. Baju dinas
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti baju dinas adalah pakaian khusus bagi pegawai, karyawan, dipakai dalam kedinasan. Namun, ketika kata ‘baju dinas’ dipakai dalam konteks hubungan suami istri, tentunya akan menimbulkan rasa risih bagi pendengarnya.

 

Tidak sedikit pula yang beranggapan penyebutan baju dinas membuatnya terdengar aneh dan memberi kesan buruk kepada perempuan.

 

Dengan menghilangkan bahasa yang seksis maka kita berpeluang menghapuskan tindakan-tindakan diskriminatif pada perempuan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Linguistic Society of America yang menyebutkan bahwa bahasa merupakan piranti yang sangat mempengaruhi cara berpikir masyarakat dan pola pikir masyarakat memiliki pengaruh langsung terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan anggotanya. 


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi