Nasional

6 Aksi Nyata GKMNU Wujudkan Keluarga Maslahat

Sabtu, 4 November 2023 | 10:30 WIB

6 Aksi Nyata GKMNU Wujudkan Keluarga Maslahat

Wakil Ketua Satgas GKMNU Alissa Wahid di Bandung, Jawa Barat, Jumat (3/11/2023). (Foto: Swara NU/Rohman Dwi Aji)

Bandung, NU Online

 

Wakil Ketua Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) Alissa Wahid mengungkapkan enam dimensi program sebagai aksi nyata GKMNU untuk mewujudkan keluarga maslahat di Indonesia.

 

“Dimensi pertama adalah relasi di dalam keluarga itu sendiri, dimensi kedua adalah kesejahteraan, dimensi yang ketiga adalah kesehatan, dimensi keempat adalah pendidikan, dimensi kelima adalah wasatiyah, dan yang keenam adalah terkait dengan lingkungan,” ujarnya pada Kegiatan Pelibatan Masyarakat dalam Program Ketahanan Keluarga di Hotel Savoy Homann, Bandung, Jawa Barat Jumat (3/11/2023).

 

Lebih lanjut, ia menjelaskan, relasi maslahat di dalam keluarga maksudnya nahdliyin dan nahdliyat akhlaknya mengikuti mabadi khoiril ummah. Lalu tidak ada kekerasan, dan ada pengasuhan yang baik.

 

Sementara sehat yang dimaksud adalah keluarga NU tidak boleh ada yang stunting. Kalau ukuran otaknya tidak cukup besar, berarti kapasitasnya tidak cukup besar, tidak cukup besar berarti tertinggal.

 

"Ini yang mau kita cegah yaitu stunting. Lalu kebiasaan hidup sehat, dan tidak kawin anak, karena kawin anak itu larinya ke stunting dan seterusnya,” imbuhnya.

 

Kemudian maksud keluarga sejahtera adalah memiliki pendapatan lebih besar daripada pengeluaran, pendapatan bisa meningkat, punya aset, dan punya tangguhan.

 

“Yang keempat wasathiyah atau moderasi, soal moderat, moderasi beragama programnya Gus Men itu akan kita gunakan kegiatan-kegiatan untuk prinsip aswaja dan amaliah NU. Itu kita gunakan untuk mendukung program moderasi Kementerian Agama,” imbuhnya.

 

Di samping itu, Ketua PBNU tersebut mengungkapkan terkait dimensi pendidikan di GKMNU, targetnya setiap keluarga NU setidaknya putra-putrinya berkuliah sampai ke tingkat SMA. Jika mondok salaf, keluar dari pesantren pada usia 18 tahun, bukan 15 tahun atau 16 tahun.

 

“Karena pendidikan itu penting untuk cara berpikir, jadi kita mengejar ini. Maka banyak sekali upaya NU untuk mempermudah aspek pendidikan berkualitas, apakah dengan beasiswa, apakah dengan menyiapkan pesantren, madrasah dan sekolah-sekolah untuk bisa menerima warga NU dengan bantuan anggaran dan seterusnya. Ini target kita minimal sederajat SMA,” jelasnya.

 

Selanjutnya, dimensi program keluarga maslahat juga termasuk berkaitan dengan krisis iklim. Alissa mengungkapkan bahwa GKMNU ingin keluarga NU bisa mengolah sampah dan sadar bencana.

 

Hal itu diturunkan dalam berbagai program, seperti bimbingan perkawinan, bimbingan keluarga, bimbingan remaja, konsultasi, posyandu, dan peer education remaja.

 

Ada pula Kelas berkah keuangan keluarga yang ke depan bakal dikerjakan bersama dengan Kemenag dan swasta untuk melakukan literasi keuangan keluarga.

 

"Nanti KKN akan kita minta untuk membantu GKMNU di desa-desa. Ini mitranya banyak, mitra dari GKMNU ini ada Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Amil Zakat Nasional, Kementerian Sosial. Ini programnya macam-macam,” pungkasnya.