Nasional

Acep Zamzam Noor: Sastra Pesantren Tetap Lestari Meski Dibidahkan

Sabtu, 13 April 2019 | 18:00 WIB

Acep Zamzam Noor: Sastra Pesantren Tetap Lestari Meski Dibidahkan

Asep Zamzam Noor dalam bincang santri tahunan di Pesantren Mahasiswa Universal Bandung. (Foto: Istimewa)

Bandung, NU Online
Selagi pesantren Nahdlatul Ulama masih eksis, sastra pesantren seperti nadzaman, syair, qasidahan atau sholawatan akan tetap lestari. Meskipun, ada segelintir orang yang masih suka membidah-bidahkan amaliyah pesantren ini.
 
Seniman sekaligus Budayawan NU Acep Zamzam Noor mengatakan hal tersebut saat didaulat menjadi narasumber dalam acara bincang tahunan dengan para santri di Aula Pesantren Mahasiswa Universal Jl Cipadung No 01 Cibiru Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (11/4) malam. 
 
Dalam diskusi bertema Tradisi Literasi dan Sastra di Pondok Pesantren, Kang Acep menuturkan, cikal bakal sastra pesantren berawal dari metode para Walisongo dalam mendakwahkan ajaran Islam.

"Di kemudian hari, metode dakwah ini dilestarikan di kalangan pesantren nahdliyin hingga sekarang dan yang akan datang," tutur Kang Acep, sapaan akrabnya.
 
Sastra pesantren ini, lanjut dia, dituangkan dalam bentuk nadzoman, gurindam, prosa dengan berbagai macam genre-nya. "Misalnya, nadzoman tentang nasihat keagamaan maupun cara hidup bermasyarakat,” ujarnya memberi contoh. 
 
Menurut putra Rais Aam PBNU KH Ilyas Ruchiyat Cipasung ini, hubungan santri dengan sastra sebenarnya tidak bisa dipisahkan. Pasalnya, metode pembelajaran yang digunakan di pesantren salah satunya dalam bentuk nadzoman.
 
Kang Acep menambahkan, tidak dapat dipungkiri bahwa nadzoman sebagai kekuatan magis lebih mudah diterima ajarannya oleh santri maupun masyarakat karena bahasanya yang ringan. “Oleh karenanya, nadzoman itu sangat mudah dipahami,” tandasnya.
 
Sekitar tahun 1980-an, lanjut dia, muncul para sastrawan pesantren seperti KH A Musthofa Bisri, KH D Zawawi Imron, dan Emha Ainun Najib yang menghidupkan sastra pesantren modern.

“Beliau-beliau itu memperkenalkan sastra pesantren bergenre puisi, cerpen-cerpen berlatar pesantren yang penuh humor dan lain-lain,” pungkas Kang Acep. (Rachmi/Musthofa Asrori)