
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan agama tidak akan dihilangkan dari sistem pendidikan di Indonesia.
Muhammad Syakir NF
Penulis
Jakarta, NU Online
Beberapa waktu lalu, dunia pendidikan heboh dengan adanya dugaan penghapusan frasa agama dari Peta Jalan Pendidikan. Masyarakat yang menerima informasi tersebut secara parsial tentu langsung menganggapnya sebagai sebuah kebenaran sehingga mereka termakan olehnya. Kabar tersebut terus santer menggaung.
Hal ini dibantah langsung Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim. Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), ia menyanggah isu tersebut sekaligus menegaskan bahwa agama adalah dasar dari peta pendidikan Indonesia.
"Agama adalah prinsip esensial daripada peta jalan pendidikan," kata Nadiem di hadapan Komisi X DPR RI di Senayan, Jakarta, Rabu (10/3).
Pada kesempatan tersebut, Nadiem menyampaikan bahwa lembaga di bawah kepemimpinannya itu tidak akan pernah menghilangkan agama sebagai suatu pelajaran dalam dunia pendidikan. "Kemendikbud tidak akan pernah dan tidak pernah akan menghilangkan pelajaran beragama," tegasnya.
Itulah kenapa, jelasnya, profil pertama dari Pelajar Pancasila yaitu objektif daripada seluruh reformasi pendidikan kita adalah kepercayaan kepada Tuhan yang maha Esa dan ketakwaan akhlak mulia. "Jadi, kita pasti memasukkan frasa agama di dalam itu," ujar menteri yang mengaku pernah tinggal di Pondok Pesantren Ploso, Mojo, Kediri saat masih kecil itu.
Oleh karena itu, Nadiem meminta masyarakat untuk kritis dan tidak langsung memercayai pemberitaan yang belum jelas kebenarannya.
"Jadi, mohon untuk masyarakat berpikir kritis dan tidak percaya akan berbagai hal yang tidak benar, itu yang saya ingin tekankan," pintanya.
Sebelumnya, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga telah mengusulkan kepada Mendikbud untuk tetap menanamkan nilai-nilai agama kepada semua peserta didik mengingat degradasi dan dekadensi moral yang meningkat. Hal itu disampaikan LP Ma’arif PBNU secara langsung bersama Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj kepada Mendikbud.
"Kami memberi masukan agar perlunya penanaman ajaran dan nilai-nilai agama sesuai yang dipeluk peserta didik. Kami juga mengusulkan penggunaan frasa merdeka belajar dikembalikan ke frasa yang diintrodusir Ki Hajar Dewantara, yakni menekankan pada pengembangan karakter bukan penekanan pada literasi numerasi," kata KH Arifin Junaidi, Ketua LP Ma’arif PBNU, pada Ahad (7/3).
Untuk memenuhi hal itu, Kiai Arjuna, sapaan akrabnya, mengusulkan agar ada penambahan tempat ibadah sebagai pusat pendidikan, selain keluarga, sekolah, dan masyarakat. Karenanya, bagi Kiai Arjuna, bukan lagi tri pusat pendidikan, melainkan sudah harus catur pusat pendidikan.
Pasalnya, di tengah pelanggaran norma yang terus meningkat, Kiai Arjuna menyampaikan bahwa hampir tidak ada dari kalangan lembaga pendidikan yang menjadikan tempat ibadah sebagai pusatnya. Sebab, tempat ibadah juga menjadi sarana untuk menempa relijiusitas dan karakter para peserta didik, seperti pesantren, sekolah minggu, ashram dan lain lain.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Ketua PBNU Sebut Demo di Pati sebagai Pembangkangan Sipil, Rakyat Sudah Mengerti Politik
2
Khutbah Jumat: Refleksi Kemerdekaan, Perbaikan Spiritual dan Sosial Menuju Indonesia Emas 2045
3
Khutbah Jumat: Kemerdekaan Sejati Lahir dari Keadilan Para Pemimpin
4
Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Wujud Syukur atas Kemerdekaan Indonesia ke-80, Meneladani Perjuangan Para Pahlawan
5
Prabowo Klaim Selamatkan Rp300 Triliun APBN, Peringatkan Risiko Indonesia Jadi Negara Gagal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Ngeusian Kamerdekaan ku Syukur jeung Nulad Sumanget Pahlawan
Terkini
Lihat Semua