Nasional

BWI Perkuat Pengelolaan Wakaf Produktif di Banten

Sabtu, 28 November 2020 | 11:30 WIB

BWI Perkuat Pengelolaan Wakaf Produktif di Banten

Konferensi Pers Workshop Perwakafan Nasional, di Hotel Novotel, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (28/11). (Foto: NU Online/Ahdori)

Tangerang, NU Online
Badan Wakaf Indonesia (BWI) memperkuat pengelolaan wakaf produktif di Provinsi Banten. Upaya itu dilakukan dengan cara menata ulang potensi wakaf yang ada, misalnya dengan melibatkan banyak pihak untuk memperjelas aset wakaf yang selama ini terbengkalai.


Wakil Ketua BWI, Yuli Yasin mengungkapkan, manajemen wakaf produktif di Banten telah dimulai sejak tahun 2017. Kata dia, gebrakan pertama dengan membangun Rumah Sakit Mata Ahmad Wardi di Kota Serang, hasil dari pemanfaatan tanah wakaf dan uang wakaf.


Menurut Yuli Yasin, berdirinya Rumah Sakit Mata tersebut menjadi bukti bahwa wakaf produktif dapat dijalankan di Provinsi Banten. Kehadiran RS itu, katanya, telah terbukti membantu masyarakat yang kurang mampu menyembuhkan segala macam penyakit mata.


“Hasil pengelolaan RS ini, kemudian dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan,” kata Yuli Yasin saat Konferensi Pers Workshop Perwakafan Nasional, di Hotel Novotel, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (28/11).


Selanjutnya, wakaf produktif yang saat ini menjadi fokus BWI adalah pembangunan pom bensin di Kresek, Kabupaten Tangerang dan beberapa lembaga pendidikan. Dia menyebut, tanah wakaf di Banten mencapai 22 juta meter persegi. Luasan itu menjadi peluang bagi BWI untuk memperkuat pengelolaan wakaf sehingga upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat dapat terealisasi.


“Sebanyak 22 juta meter persegi tanah wakaf yang tersebar di 19.644 ribu titik se-Provinsi Banten, tidak produktif. Jumlah itu, belum termasuk 182 titik lahan yang terkena program strategis nasional, senilai Rp44 Miliar,” ujarnya.


Sedangkan menurut Kepala Seksi Wakaf Kanwil Kemenag Provinsi Banten, Asep Sunandar mengatakan, pada tahun 2019 aset wakaf di Provinsi Banten tercatat sekitar 17 juta meter persegi. Bahkan ada penambahan hingga 22 juta meter persegi di tahun 2020.


“Kalau ditotal ada 220 hektare persegi. Bayangkan, satu lokasi saja ada yang mencapai 110 hektare, dan itu sangat berpotensi untuk pengembangan wakaf produktif,” kata Asep.


Kata dia, tidak produktifnya wakaf di Banten disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat Banten terhadap pentingnya berwakaf. Selama ini, wakaf hanya dikenal peruntukannya untuk masjid, sekolah, makam, dan pondok pesantren yang tidak produktif. Padahal jenis wakaf sangat banyak dan manfaatnya dapat langsung diterima oleh masyarakat yang kurang mampu.


“Kaitannya dengan wakaf produktif, langkah pertama kami yang ambil, mewakili Kanwil dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) adalah dengan memberikan pemahaman agar menarik hibah Pemprov untuk membiayai wakaf produktif,” sambungnya.


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Muhammad Faizin