Nasional

Forum Rektor Serukan Perguruan Tinggi Tak Beri Ruang Gerak Paham Anti Pancasila

Senin, 29 Maret 2021 | 05:15 WIB

Forum Rektor Serukan Perguruan Tinggi Tak Beri Ruang Gerak Paham Anti Pancasila

Ketua Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Prof Aom Karomani. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online
Ketua Forum Rektor Penguat Karakter Bangsa (FRPKB) Prof Aom Karomani menyerukan kepada seluruh Pimpinan Perguruan Tinggi di Indonesia untuk tidak memberi ruang gerak di kampus-kampus atas berkembangnya ideologi atau ajaran yang bertentangan dengan ideologi Pancasila yang mengancam persatuan dan kebhinekaan bangsa Indonesia.


Sebagai seorang akademisi yang berada di kampus, ia pun mengungkapkan bahwa banyak kampus yang terpapar paham radikal. Data dari Badan Inteligen Negara (BIN) juga menguatkan hal ini dengan semakin meningkatnya paham konservatif keagamaan di beberapa kampus perguruan tinggi.


Prof Aom memberi contoh masjid kampus yang tidak berada di dalam Organisasi dan Tata Kelola (OTK) kampus, menjadi tempat rawan paparan paham ekstremisme. Pasalnya, pihak kampus tidak bisa mengontrol mereka terkait siapa yang menjadi dai dan pemateri atau khatib Jumat serta bagaimana pengkaderan yang dilakukan di masjid.


Lembaga Dakwah Kampus (LDK) atau Rohis juga perlu ditata kembali dengan baik agar tidak ditunggangi pihak luar untuk kepentingan mereka. LDK/Rohis saat ini menurutnya memiliki keterikatan masif dengan dunia luar yang juga harus dibenahi.


“Termasuk rekrutmen para dosen dan guru-guru agama juga tidak boleh sembarangan. Mereka harus memiliki kompetensi. Jangan asal bisa baca Al-Quran dan pintar berbicara kemudian dijadikan dosen agama. Semua harus ditata ulang,” tegasnya saat diwawancarai NU Online beberapa waktu lalu.


Saat ini lanjutnya, ada kecenderungan banyak dosen yang tidak memiliki pemahaman Islam Moderat. Mereka tidak berlatar belakang pesantren atau pendidikan agama tapi mereka dadakan. Sehingga ada mata kuliah diajarkan oleh bukan dosen agama dan mereka ini sudah terpapar paham radikal. Alasannya hanya karena tidak tercukupinya jam mata kuliah.


Jika hal ini tidak mendapat perhatian dan penanganan serius, maka akan menjadi ladang subur berkembangnya ajaran radikalisme dan ekstremisme yang bisa mengarah pada terorisme.


“Saya prihatin atas masih berkembangnya ajaran atau ideologi ekstremisme dan radikalisme yang memunculkan tindakan-tindakan yang tidak berprikemanusiaan dengan cara menyerang pihak lain yang tidak satu pandangan dengan mereka,” kata Rektor Universitas Lampung dalam pernyataan tertulis yang diterima NU Online, Senin (29/3).


Seruan untuk semakin membentengi kampus dari paham-paham ekstremis ini, perlu diperkuat seiring dengan terjadinya kembali aksi terorisme berupa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan pada Ahad (28/3).


FRPKB dalam hal ini menyatakan prihatin atas aksi tak berprikemanusiaan tersebut dan menyerukan kepada seluruh komponen bangsa khususnya kampus perguruan tinggi untuk terus memelihara dan mewujudkan kehidupan yang toleran, harmonis di tengah kebhinekaan bangsa.


“Tindakan teror bom tersebut merupakan tindakan yang tidak dibenarkan oleh agama manapun dan merupakan tindakan yang melukai perasaan umat beragama di seluruh Indonesia,” katanya.


Agar kejadian ini tidak terulang lagi, FRPKB meminta kepada pemerintah dan pihak keamanan khususnya Polri memperketat pengawasan tempat-tempat ibadah dan mengusut tuntas pelaku teror bom tersebut sampai ke akar-akarnya.


“Semoga kita semua selalu diberi kekuatan dan keselamatan oleh Tuhan yang Maha Esa dan dapat terus menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” pungkasnya.


Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan