Nasional

Gubernur DKI kepada Ketum PBNU: Teruslah Jadi Mata Air untuk Umat Islam

Jumat, 30 Oktober 2020 | 03:45 WIB

Gubernur DKI kepada Ketum PBNU: Teruslah Jadi Mata Air untuk Umat Islam

Maulid Akbar Nabi Muhammad yang digelar PBNU, Kamis (29/10) di Masjid Istiqlal Jakarta. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Pada peringatan Maulid Akbar dan Doa untuk Keselamatan Bangsa yang digelar Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LD PBNU) di Masjid Istiqlal Jakarta, Kamis (29/10) kemarin, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan hadir secara virtual dan menyampaikan kata sambutan.


Ia diberi kesempatan berbicara usai Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj menyampaikan mauizoh hasanah yang berisi tentang sejarah Shalawat Burdah, anjuran bershalawat karena Nabi tidak pernah melarang, dan menarik hikmah agar mampu berbangsa dengan mengedepankan akhlakul karimah.


Anies dalam sambutannya, mengapresiasi dan menyampaikan kekaguman kepada Kiai Said karena kedalaman serta keluasan ilmu yang diberikan kepada hadirin. Tak hanya itu, kata Anies, Kiai Said juga memiliki kemampuan untuk mengambil hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi di masa Nabi.


“Begitu banyak hikmah yang tadi telah disampaikan Pak Kiai Said. Ilmu dari Pak Kiai Said ini luar biasa. Saya selalu kalau hadir, acara ada beliau pasti menyimak kedalaman dan keluasan ilmu serta kemampuan untuk mengambil hikmahnya,” ungkap Anies penuh bangga.


Menurutnya, banyak orang yang memiliki pengetahuan yang luas dan dalam. Namun, menjadikan hal tersebut sebagai satu rangkaian penuh hikmah, tidak banyak yang melakukan. Salah satunya adalah Kiai Said.


“Jadi masyaallah Pak Kiai Said. Insyaallah dipanjangkan umurnya, selalu diberikan kesehatan, dan teruslah menjadi mata air jernih pengalir hikmah bagi umat Islam dan bangsa Indonesia, dan bagi kita semua umat manusia,” tuturnya.


Tak hanya itu, Anies juga mengapresiasi PBNU yang senantiasa mendorong kepada masyarakat untuk tetap melaksanakan kedisiplinan dalam menjaga kesehatan pribadi dan kesehatan kolektif. Dalam hal ini, kata Anies, PBNU selalu mematuhi protokol kesehatan yang sangat ketat.


Hal itu dilihatnya dari acara Maulid Akbar di Istiqlal yang dihadiri secara terbatas dan benar-benar menjalankan protokol kesehatan yang sangat ketat. Mulai dari menjaga jarak, tidak bersentuhan tangan (salaman), hingga memakai masker dan face shield. 


“Ini adalah contoh ketika organisasi rujukan yang oleh umat dijadikan sebagai referensi, memberikan arah untuk memikirkan dan menjalankan protokol kesehatan. Insyaallah kita akan segera terbebas dari wabah Covid-19 ini,” ucapnya.


Sebelumnya, Kiai Said menyampaikan mauizoh hasanah yang salah satunya mengisahkan soal asal-usul Shalawat Burdah. Ia mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad tidak pernah memuji dirinya sendiri apalagi sampai memanggil ‘wartawan’ untuk membuat narasi pujian kepadanya.


“Tapi ketika ada orang memuji-muji, dibenarkan. Tidak dilarang. Maka memuji Rasulullah menjadi sunnah taqririyah. Bukan bid’ah. Maulid Nabi tidak membutuhkan hadits shahih, tetapi yang dibutuhkan adalah hati yang shahih,” tegas Kiai Said.


Ia lantas mengungkap sejarah yang dibacanya dalam kitab Al-Madaih An-Nabawiyah karya Syekh Ismail An-Nabhani sebanyak empat jilid. Isi kitab tersebut, dijelaskan Kiai Said, berupa syair dan prosa yang kontennya adalah memuji Nabi Muhammad.


Salah satu kisah yang dipaparkan Kiai Said adalah Ka’ab bin Zuhair yang memuji-muji Nabi Muhammad dengan sangat sukacita. Saat dipuji, seketika Nabi tersenyum yang menyiratkan kerelaan hati.


“Beliau ridha dan senang dipuji. Tidak melarang. Kemudian Rasulullah memberikan hadiah, selimut yang sedang dipakai bergaris-garis. Diberikan kepada Ka’ab bin Zuhair setelah memuji. Selimut bergaris-garis itu bahasa arabnya adalah burdah,” jelas Kiai Said. 


Kiai Said kemudian menyenandungkan Shalawat Burdah yang pernah disampaikan Ka’ab kepada Nabi. Setelah membacakan shalawat, ia langsung menerjemahkannya.


“Engkau Rasulullah, bagaikan pedang yang terbuat dari India yang sangat tajam. Datang dari suku Quraisy Mekkah, membawa cahaya atau sinar yang terang benderang. Diikuti oleh para pengikut yang gagah berani tapi berhati mulia. Ikhlas dalam segala tindakannya,” kata Ka’ab dalam penggalan Shalawat Burdah yang diterjemahkan Kiai Said.


Kiai Said melanjutkan terjemahannya. Bahwa sahabat Nabi memiliki sifat yang ketika perang dan kemudian tombaknya mengenai musuh, tidak akan merasa bangga. Kemudian jika dalam perang terkena tombak, tidak akan merasa kecewa atau menyesal.


“Tidak seperti sekarang yang ketika punya jasa sedikit (dengan sombong mengatakan) saya lah yang berperan. Dan kalau dia sendiri kena pedang, tombak, panah tidak kesal, tidak kecewa, tidak menyesal, tidak menggerutu. (Itu) hal biasa dalam berjuang, ada sakit dan lukanya,” jelas Doktor Filsafat Islam jebolan Universitas Ummul Quro, Arab Saudi ini.


Setelah mendengarkan pujian itu, Nabi memberikan selimut bergaris-garis yang dalam bahasa arab disebut Burdah. Kini, selimut itu ditempatkan di Museum Topkapi, Istanbul, Turki. Lalu, Kiai Said mengajak hadirin untuk senantiasa bertawasul kepada Nabi Muhammad.


Ia mengutip kembali penggalan Shalawat Burdah yang artinya, “Wahai makhluk paling mulia yang tidak aku miliki, selain engkau. (Engkau) yang dapat menolong kami, yang dapat menjadi sandaran kami. Aku tidak memiliki siapa-siapa kecuali engkau.” 


Usai Kiai Said menyampaikan mauizoh hasanah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan diberikan kesempatan untuk memberikan kata sambutan di dalam acara Maulid Akbar ini, secara virtual.


Ia menyampaikan bahwa sangat banyak hikmah yang disampaikan oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Kata Anies, ilmu Kiai Said sangat luar biasa dalam dan luas sehingga mampu mengambil hikmahnya.


“Ilmu dari Pak Kiai Said ini luar biasa. Saya ketika hadir acara dan ada beliau, saya pasti menyimak. Banyak orang pengetahuannya luas dan dalam, tapi menjadikan itu sebagai rangkaian penuh hikmah, tidak banyak yang melakukan. Jadi masyaallah Pak Kiai Said,” kata Anies. 


Ia lantas mendoakan Kiai Said agar diberi umur panjang, diberikan kesehatan, dan senantiasa menjadi mata air jernih pengalir hikmah bagi umat Islam dan bangsa Indonesia. 


Anies juga memberikan menyampaikan apresiasi kepada PBNU yang dinilai selalu mendorong masyarakat untuk melaksanakan kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan dalam rangka menjaga kesehatan pribadi dan kolektif di tengah pandemi.


“Ini adalah contoh ketika organisasi rujukan yang oleh umat dijadikan sebagai referensi memberikan arah untuk memikirkan dan menjalankan protokol kesehatan. Insyaallah kita akan segera terbebas dari wabah Covid-19,” pungkas Anies.


Kegiatan ini diawali dengan pembacaan Maulid Al-Barzanji yang dipimpin Wakil Ketua LD PBNU KH Misbahul Munir Kholil. Selain Kiai Said, Habib Umar bin Hafidz pun memberikan mauizhoh hasanah berupa amanat dan pesan untuk PBNU. Maulid Akbar dan Doa untuk Keselamatan Bangsa ditutup Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar dengan doa.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad