Nasional

Gus Baha: Nikmat Keseharian Merupakan Nikmat Terbesar

Selasa, 10 September 2024 | 10:00 WIB

Gus Baha: Nikmat Keseharian Merupakan Nikmat Terbesar

Rais Syuriyah PBNU, KH Bahauddin Nursalim atau kerap disapa Gus Baha. (Foto: dok. istimewa)

Rembang, NU Online

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Bahauddin Nursalim atau kerap disapa Gus Baha menyampaikan bahwa nikmat terbesar justru nikmat keseharian.


Hal itu disampaikan pada Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw dan Haul Masyayikh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah, Senin (9/9/2024).


Nabi Muhammad, jelas Gus Baha, pernah cemburu dengan ragam mukjizat nabi-nabi lain. Tampaknya kurang mewah apa yang diterimanya saat itu. 


Lalu, Nabi Muhammad menanyakan hal tersebut kepada Allah swt. Namun, ia sendiri menyesal bertanya mengenai hal itu. Sebab, ternyata Allah swt telah memberi begitu besar nikmat. Betapa Nabi lahir dengan yatim dan tumbuh sebagai orang miskin. 


"Allah jawab ada nikmat keseharian yang lebih besar," terang Pengasuh Pondok Pesantren LP3I Narukan, Rembang, Jawa Tengah itu.


Gus Baha memberikan pengandaian antara bisa terbang ke berbagai tempat, tapi tidak bisa menikmati kopi, atau bisa menikmati kopi. Jamaah yang hadir pun menjawab lebih mending bisa menikmati kopi. "Lah itu sudah umatnya Nabi Muhammad saw," ujar Gus Baha.


Ia juga menceritakan betapa masyarakat Indonesia juga menikmati yang dianggap sebagai kekurangan. Ia mencontohkan orang biasa enggan menjadi bupati atau menteri karena bekerja di bawah atasan dengan jam kerja yang sangat padat. Mereka lebih memilih menerima takdir untuk tetap hidup biasa saja.


Hal demikian pernah ditunjukkan seorang sahabat Nabi. Meski miskin, ia berjalan dengan sengak seperti orang yang tidak diridhai Allah. Namun, Allah swt justru ridha dengan orang tersebut. Ditanya alasan di balik jalan demikian, orang tersebut menjawab karena dia bangga dengan menjadi pengikut Nabi.


"Saya itu orang melarat. Orang bilang ngaggap saya ikut jenengan itu tersiksa. Terus tambah melarat. Orang biar tahu saya ikut jenengan itu ya bangga," kata Gus Baha mengisahkan.