Nasional

Gus Ghofur: Santri Harus Mengisi Semua Lini

Rabu, 1 November 2023 | 11:00 WIB

Gus Ghofur: Santri Harus Mengisi Semua Lini

Rais Syuriyah PBNU KH Abdul Ghofur Maimoen saat di Sumenep, Jawa Timur. (NU Online/Firdausi)

Sumenep, NU Online
Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Ghofur Maimoen menegaskan bahwa negeri ini dibangun oleh santri. Oleh karenanya, ia menginginkan santri bisa mengisi di semua lini, termasuk di pemerintahan. Sebagaimana dalam sejarah Nusantara, sultan-sultan Jawa di masa lalu adalah seorang santri, seperti Kesultanan Demak Bintoro dan Giri Kedaton.


“Raden Fatah, Sultan Demak Bintoro pertama, adalah santrinya Sunan Ampel. Kerajaan Giri Kedaton yang dipimpin Sunan Giri yang bernama Raden Muhammad Ainul Yaqin juga santrinya Sunan Ampel. Jadi, Sunan Ampel tidak hanya melahirkan ulama, tetapi juga pemimpin negara,” ujarnya pada acara Puncak Hari Santri 2023 di Graha Adi Poday Sumenep, Jawa Timur, Selasa (31/10/2023).


Diceritakan, di masa penjajahan, santri juga mahir membuat senjata dan kapal. Kendati kalah canggih peralatan perang, santri berupaya menciptakan senjata tandingan untuk melawan penjajah. Dari sinilah, beliau berharap banyak agar santri dapat mengisi negara ini.


“Kita punya wakil presiden, gubernur, bupati, wakil bupati dan kepala desa yang berlatar santri. Tahun depan ada seorang santri yang mencalonkan diri sebagai presiden,” ujar Gus Ghofur.


“Saya berharap santri ada di mana-mana. Semoga santri semakin berkiprah. Jikalau perlu santri bisa buat pesawat sehingga saat saya berada di dalam pesawat, ada yang menemaniku pakai sarung,” sambungnya sembari berkelakar di hadapan jamaah pengajian yang dihelat Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep itu.


Sahabat santrinya Rasulullah
Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang, Jawa Tengah, menyatakan bahwa membaca sejarah nabi seperti membaca santri. Karena sahabat adalah santrinya kanjeng Nabi Muhammad saw atau kiainya tabi’in.


Awal dakwah nabi di Makkah, ada satu-dua orang masuk Islam. Ada juga beberapa sahabat tidak bisa ditemui secara personal. Disebutkan, ada salah santri nabi bernama al-Arqam bin Abil Arqam yang kediamannya di bukit Shofa. Sedangkan rumah nabi dekat dengan sahabat Arqam. Di sebelahnya ada rumah Abu Lahab yang sering memberikan carang berduri saat hendak pergi ke mengenalkan Islam.


Rasulullah, lanjut dia, membuat pesantren di Makkah yang diberi nama Darul Arqam. Artinya, kediaman sahabat Arqam dijadikan tempat pertama kali oleh nabi sebagai tempat pengkaderan Islam di masa pertama. Berkat pesantren tersebut, Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab masuk Islam.


“Hamzah dan Umar masuk Islam terpaut 3 hari. Saat Hamzah bersyahadat, Umar tidak menerima dan marah. Kemarahan itulah yang membuat hatinya terbuka sehingga masuk Islam. Jadi, Darul Arqam menjadi kuat karena paman nabi dan sahabat nabi itu masuk Islam,” tuturnya.


Di saat nabi hijrah ke Madinah, nabi membuat pesantren, padahal beliau sendiri tidak memiliki tempat tinggal. Untuk sementara waktu, nabi tinggal bersama santrinya bernama Abu Ayyub al-Anshari. Pesantren atau masjid yang didirkan nabi menjadi tempat ngaji. Wajar dalam UU masjid dijadikan arkanul ma'had.


Di setiap pembelajaran berlangsung, sahabat hanya mengaji 10 ayat saja. Gus Ghafur mengutarakan bahwa sahabat tidak akan pindah ke ayat berikutnya sebelum memahami ayat sebelumnya. Tak heran, almaghfurlah KH Maimoen Zubair melaksanakan ibadah di Madinah, almarhum pasti mampir ke Dikkat Ashab Suffah, karena beliua ingin mengenang santrinya kanjeng nabi.