Nasional

Gus Muwafiq Ungkap Kecintaan Santri kepada Negara di Masa Pandemi Covid-19

Senin, 13 Juni 2022 | 07:00 WIB

Gus Muwafiq Ungkap Kecintaan Santri kepada Negara di Masa Pandemi Covid-19

Gus Muwafiq Ungkap Kecintaan Santri kepada Negara di Masa Pandemi Covid-19. (Foto: NU Online/Syarif Abdurrahman)

Jombang, NU Online 
Dai kondang KH Ahmad Muwafiq mengatakan jika Covid-19 membuka mata dunia bagaimana hubungan kuat antara santri dan negara. Kecintaan santri kepada negaranya benar-benar dijaga. 


Sejak dulu, santri selalu memandang sesuatu dari sudut kepentingan bersama dan titik temu dalam setiap perbedaan. Hingga pada situasi yang berbeda-beda, tapi hidup saling bertanggung jawab. Ini desain para wali di Indonesia 


"Fenomena Covid-19 selama tiga tahun, memperlihatkan antara santri dan negara, antara ulama dan umara terjadi ikatan luar biasa," jelasnya saat haul ke-51 KH Abdul Wahab Hasbullah, Sabtu (11/6/2022).


Menurutnya, santri memiliki sikap yang keras terhadap perusak negara dan penjajah. Mereka rela mempertaruhkan nyawa dan harta agar negaranya aman. KH Hasyim begitu keras melawan Belanda.


Namun, setelah negara Indonesia terbentuk, para santri langsung patuh pada kebijakan negara. Hubungan santri dan negara selalu harmonis betul. Hanya saja kalau disakiti maka akan melawan lagi, seperti eranya Soeharto.


"Santri ketika mengatakan cinta sama tanah air, bukan hanya lagu saja. Rela mati untuk negaranya ketika dibutuhkan. Fatwa resolusi jihad dan peperangan 10 November di Surabaya bukti kecintaan santri ke negara," imbuh Gus Muwafiq.


Dikatakan Gus Muwafiq, santri membangun identitas sendiri yaitu bangsa dan negara. Tradisi santri yang suka kumpul-kumpul berhenti ketika negara meminta untuk berhenti karena Covid-19. Padahal kegiatan tersebut berjalan ratusan tahun.


Ini juga membantah dugaan sebagian orang yang mengatakan bahwa kecintaan santri kepada negara hanya pepesan kosong. Padahal kegiatan santri adalah merawat negara.


"Ini bukan sesuatu yang sederhana, betapa ketika santri bicara bangsa dan negara santri tidak komplain," tegas tokoh yang lahir di Lamongan ini.


Ia menambahkan, pengorbanan santri untuk negara tidak terhingga. Ketika negara membutuhkan tenaga untuk perang maka siap, ketika dibutuhkan harta juga siap. 


Di pihak lain ada yang masih ngeyel ketika diminta berhenti kegiatannya oleh pemerintah. Hal ini menambah pekerjaan baru pemerintah selain melawan virus. Padahal masjid dan kegiatan santri sejatinya lebih banyak. 


Betapa kerinduan kepada guru baik yang wafat dan hidup harus ditunda karena permintaan pemerintah demi kepentingan bersama semisal makam KH Hasyim Asy'ari ditutup. 


"Rentetan fakta ini sebagai bukti santri cinta ke negara. Ketika negara meminta bantuan untuk vaksin juga hadir. Ini fenomena luar biasa, mari kita jaga kebersamaan. Ini hanya terjadi di Indonesia," tandasnya.


Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin