Nasional

Gusdurian Bekasi Sebut 5 Hal yang Harus Dijaga dalam Islam

Senin, 5 Agustus 2019 | 12:30 WIB

Gusdurian Bekasi Sebut 5 Hal yang Harus Dijaga dalam Islam

Dialog PAC IPNU-IPPNU Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jabar

Beksi, NU Online
Koordinator Gusdurian Bekasi Raya, Muhammad Shofiyullah memaparkan tentang gagasan toleransi yang telah diteladankan oleh KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
 
Hal itu disampaikan dalam talkshow bertema Peran Pelajar NUsantara di Era Milenial yang diadakan oleh pengurus Pimpinan Ana Cabang (PAC) Iatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat  di Aula Annadwah Islamic School, Lambangsari, Tambun Selatan pada Ahad (5/8).
 
Menurutnya, pelajar di Nusantara ini harus menyadari bahwa terdapat banyak keragaman yang harus dijaga. Pelajar mesti berpikiran terbuka dan tidak kaku terhadap perbedaan yang ada, serta membuka diri kepada berbagai perubahan zaman.
 
"Itulah yang diajarkan Gus Dur, jauh-jauh hari sebelum kita berkumpul di sini. Bahwa beliau itu senantiasa menyadari keragaman dan mampu mengelola perbedaan untuk menciptakan harmoni," kata Kang Opi, begitu Koordinator Gusdurian Bekasi Raya ini akrab disapa.
 
Karenanya, ia mengatakan, Gusdurian Bekasi Raya melakukan agenda saling kunjung ke gereja-gereja untuk menyampaikan pesan damai yang telah diwariskan oleh Gus Dur.
 
"Masuk ke gereja-gereja atau rumah ibadah agama lainnya itu sudah biasa dilakukan oleh Gus Dur. Tapi, beliau sama sekali tidak goyah iman dan keislamannya. Kenapa? Karena punya pondasi yang kuat," tandasnya.
 
Pondasi yang kuat itu, menurutnya, lantaran Gus Dur mampu menjaga lima hal yang memang wajib dijaga dalam Islam. Karena kemampuannya menjaga itu, maka Gus Dur juga mampu berbuat kebaikan.
 
Pertama menjaga agama. Gus Dur adalah seorang yang hidup dalam lingkungan pesantren. Kemudian belajar Islam di luar negeri, Mesir, dan Irak. "Maka dari itu, penjagaan Gus Dur terhadap agama yang dianut sangat kuat dan imannya pun tidak mudah goyah," papar Kang Opi.
 
Kedua menjaga diri. Selama hidupnya, Gus Dur ini mampu menjaga nyawa orang lain dari berbagai tindakan diskriminasi dan intimidasi. 
 
"Penjagaan Gus Dur terhadap diri atau nyawa itu, membuatnya sepakat dengan ungkapan Mahatma Ghandi bahwa my religion is humanity (agamaku adalah kemanusiaan)," katanya.
 
Ketiga, lanjutnya, menjaga generasi penerus. Inilah yang dijaga oleh Gus Dur dengan mewariskan generasi penerus, yakni empat putri yang masing-masing telah mampu menjabarkan nilai-nilai keteladanan Gus Dur.
 
"Tak hanya secara biologis, Gus Dur juga punya banyak sekali kader ideologis yang tersebar di berbagai daerah untuk kemudian menyampaikan pesan kedamaian dan kemanusiaan yang telah diwariskan Gus Dur," jelas alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur ini.

Kemudian yang keempat menjaga harta. Gus Dur telah mampu menjaga harta-hartanya dengan baik, tanpa sedikit pun berasal dari sesuatu yang buruk. 
 
"Menjaga harta ini menjadi wajib untuk dijaga agar kita bisa jadi orang kaya yang memang tidak dilarang dalam Islam. Saat harta sudah terjaga, maka jangan lupa untuk disedekahkan kepada yang lebih membutuhkan dan Gus Dur sudah melakukan itu," kata Kang Opi.
 
Kelima menjaga akal atau pemikiran. Semasa hidupnya, Gus Dur selalu memberikan kebebasan terhadap pemikiran seseorang. 
 
"Ini dibuktikan oleh Gus Dur ketika kasus ingin ditutupnya Pesantren Ngruki, Solo, pimpinan Abu Bakar Ba'asyir. Sekalipun beliau tak sepemahaman dengan Abu Bakar Ba'asyir, tapi beliau menolak kalau pesantren sebagai pondasi membentuk pemikiran harus diberangus," jelasnya.
 
Tak hanya kelima hal itu yang mesti dijaga, ia juga menyampaikan kepada para pelajar NU yang hadir bahwa ada satu hal lagi yang harus dijaga yaitu menjaga kaidah yang sering digaungkan oleh ulama-ulama NU.
 
"Kaidah itu, al-muhafadzatu ala qodimissholih wal akhdzu bil jadidil ashlah. Menjaga segala sesuatu atau tradisi lama yang baik dan mengadopsi gagasan atau tradisi baru yang lebih baik," jelasnya.
 
Pelajar NU, ia menambahkan, tidak boleh menutup diri terhadap perkembangan atau perubahan zaman. Pelajar harus berinovasi agar tidak tergerus oleh zaman yang terus-menerus mengalami perubahan.
 
"Maka, kalau ditanya apa peran pelajar NU? Selain belajar, ya mesti meneruskan sesuatu yang telah diwariskan Gus Dur dan harus mampu berinovasi," pungkasnya. (Aru Elgete/Muiz)