Nasional

Habib Husein: Seperti Martabak Manis, Realitas Indonesia yang Harus Dijaga

Jumat, 11 Juni 2021 | 13:00 WIB

Habib Husein: Seperti Martabak Manis, Realitas Indonesia yang Harus Dijaga

Habib Husein Al-Hadar mengibaratkan keragaman di Indonesia seperti martabak manis yang memiliki tujuh varian nama. (Foto: Anty Husnawati)

Palembang, NU Online 
Pendakwah Habib Husein Ja'far Al-Hadar menyatakan bahwa Indonesia sebagai negara yang penuh dengan keragaman ini sangat damai. Menurut Habib Husein, suasana damai ini harus terus dijaga.

 

Hal itu disampaikan Habib Husein saat menjadi narasumber pada acara Bina Moderasi Beragama bagi Generasi Islam Milenial, Jumat (11/6) di Palembang, Sumatera Selatan.

 

Habib Husein mengibaratkan keragaman di Indonesia seperti martabak manis yang memiliki tujuh varian nama.

 

"Saya khawatir kalau bicara keragaman, jadi saya biasanya menggunakan simbol dengan martabak manis. Misalnya Indonesia itu punya tujuh sebutan untuk martabak manis, apam pinang, apam balik, terang bulan, hok lo pan, kue bandung, atau kuih malaya," ujar Habib Husein.

 

Tujuh sebutan itu, lanjutnya, ibarat realitas yang ada di Indonesia. Dari tujuh keragaman tersebut jika tidak dijaga dikhawatirkan nantinya ada Indonesia bagian terang bulan, martabak manis dan lain sebagainya.

 

"Dan itu tidak mustahil, karena untuk urusan hal-hal remeh Indonesia itu bisa bertengkar apalagi kalau kita bicara suku, ras, dan bahkan agama. Islam saja ada NU, Muhammadiyah, Persis, dan lainnya," paparnya.

 

"Jadi realita inilah yang harus dijaga secara hati-hati dan secara ekstra, karena kalau tidak dijaga maka akibatnya akan fatal apalagi ada unsur paham intoleran di dalamnya," ungkapnya.

 

Imajinasi yang sama

Pada acara yang digelar oleh Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais Binsyar) Kementerian Agama itu, Habib Husein kembali merujuk hasil riset dari Benedict Anderson yang mengatakan, penyebab manusia tetap tidak saling curiga, menyakiti, dan membunuh satu sama lain, itu karena manusia punya imajinasi yang sama.

 

"Selama saya menganggap anda saudara, maka saya tidak akan menyakiti anda. Itu utamanya, ada atau tidak ada hukum asalkan kita punya imajinasi yang sama," tegas Habib Husein.


Indonesia, menurut Habib Husein memiliki kekuatan imajinasi yang sama pada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan lain sebagainya. Tidak utamanya pada hal-hal yang sifatnya formalistis tapi pada imajinasi.

 

Penulis keislaman dan YouTuber itu menyontohkan, misalnya umat Islam di Indonesia dengan masyarakat Palestina, tidak ada persaudaraan apapun kecuali persaudaraan imajinatif sebagai sesama umat Islam.

 

"Jadi imajinasi itu yang terpenting, karena Indonesia bagi sebagian orang termasuk saya, hari kelahirannya adalah saat sumpah pemuda tahun 1928, lalu tahun 1945 ibarat pernikahan itu resepsinya, tapi akad nikahnya tahun 1928 ketika ada sumpah tentang persatuan Indonesia," jelasnya.

 

Di depan 70 peserta perwakilan organisasi kepemudaan Islam, dan penyuluh agama itu, Habib Husein Ja'far Al-Hadar menjelaskan, sejarah menunjukkan Indonesia mengikat selalu dengan sumpah, maka dari itu ada sumpah palapa, karena yang diikat adalah imajinasi, kemudian imajinasi itu diikat dengan sumpah.

 

Sebagai informasi, 70 peserta penyuluh agama dan organisasi kepemudaan dari unsur Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), Ikatan Pelajar NU (IPNU), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI), Gerakan Pemuda Ansor, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), dan penyuluh Agama Islam, dengan melakuan tes antigen terlebih dahulu dan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Acara berlangsung 9-11 Juni 2021.
 

Kontributor: Anty Husnawati
Editor: Kendi Setiawan