Habib Umar Muthohar Ibaratkan Ramadhan seperti Kisah Nabi Yusuf
NU Online · Rabu, 21 April 2021 | 10:00 WIB

Saat Ramadhan, tidak hanya diwajibkan untuk menahan nafsu dari makanan, tetapi juga harus menahan ucapan yang dapat membatalkan pahala puasa.
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah, Gunungpati, Semarang, Habib Umar Al-Muthohar mengibaratkan Ramadhan seperti kisah Nabi Yusuf. Menurutnya, 12 bulan dalam penanggalan hijriyah itu sebagaimana putra-putri Nabi Ya’qub yang juga berjumlah 12.
"Nabi Ya’qub dianugerahi 12 anak. Di antaranya ada satu yang paling dikasihi dan dicintai Nabi Ya’qub. Kebetulan juga orangnya paling ganteng dan baik, yaitu Nabi Yusuf," tutur Habib Umar secara virtual dalam Pengajian Ramadhan Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan Majelis Ta’lim Telkom Grup (MTTG), pada Rabu (21/4) siang.
"Begitu pula bulan Ramadhan ini. Dalam 12 bulan itu ada satu bulan yang paling dimuliakan dan dilimpahkan rahmat, berkah, ridha, pahala oleh Allah yang sangat banyak. Perjalanan bulan Ramadhan ini identik dengan perjalanan Nabi Yusuf," lanjutnya.
Dalam hidupnya, Nabi Yusuf kerap kali melampaui berbagai ujian yang sangat berat. Namun, ia mampu melewati itu semua dan Allah mengangkat derajatnya sehingga menjadi raja dengan kekuasaan yang sangat luas serta akhlak yang baik.
"Nah kira-kira, perjalanan bulan Ramadhan juga seperti itu. Kita diawali dengan tidak boleh makan, harus menahan segala sesuatu dan hawa nafsu di waktu-waktu tertentu," tutur Habib Umar.
Saat Ramadhan, imbuhnya, tidak hanya diwajibkan untuk menahan nafsu dari makanan, tetapi juga harus menahan ucapan yang dapat membatalkan pahala puasa. Jika seseorang berhasil melewati berbagai ujian selama puasa itu, maka Allah akan mengangkat derajatnya sebagaimana raja seperti Nabi Yusuf.
"Insyaallah kalau kita berhasil melewatinya, kita akan menjadi raja. Rakyat kita adalah anggota tubuh kita, telinga, mulut, tangan, kaki. Tapi orang yang ketika menjalani Ramadhan tidak sampai masuk ke dalam hatinya maka yang menjadi raja adalah hawa nafsunya," tegas Habib Umar.
"Kalau orang yang sudah menjalani Ramadhan dengan benar, dia sendiri yang akan menjadi raja, bukan nafsunya. Dia yang menjadi raja dan bisa mengendalikan tangan, mulut, mata, pikiran, untuk ditujukan kepada hal-hal yang diridhai dan diberkahi oleh Allah," lanjutnya.
Habib Umar menilai Ramadhan sebagai ajang latihan selama satu bulan yang harus benar-benar dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Latihan tersebut bertujuan agar seseorang mampu mengarahkan seluruh organ tubuhnya kepada hal-hal yang dapat mendatangkan ridha Allah.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua