Nasional MUKTAMAR KE-34 NU

Hadapi Perkembangan, Identitas Sosial Bisa Berubah tapi Prinsip Tetap

Kamis, 23 Desember 2021 | 08:00 WIB

Jakarta, NU Online
Pada dasarnya identitas sosial memang tidak pernah tetap. Sebuah identitas sosial sama halnya dengan karakter selalu berubah, terlebih identitas-identitas publik yang tampak.


Dalam konteks Nahdlatul Ulama, dapat disaksikan bahwa dalam beberapa puluh tahun terakhir juga terlihat ada perubahan. Tetapi dalam hal-hal yang prinsipil tentu saja dia tetap. "Misalnya prinsip empat mazhab, menerima sufisme, dan juga menerima tradisi-tradisi lokal yang tidak bertentangan dengan syariat Islam," ujar Direktur NU Online Syafi Alielha pada tayangan Road to Muktamar Ke-34 NU Seri 3: NU Milenial dan Milenial Ber-NU diakses Rabu (22/12/2021).

 

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa prinsip-prinsip organisasi seperti tawazun, tawasuth, tasamuh, adil itu juga tetap tidak berubah. Tetapi identitas-identitas sosial yang tampak itu berubah.


"Nah dalam konteks abad ini yang NU ini akan berumur satu abad, dua tahun lagi kalau mengacu pada kalender Hijriah NU itu sudah satu abad, menjelang satu abad saya kira NU juga memiliki identitas-identitas baru bukan hanya tadi, bukan hanya kaum sarungan. Tetapi juga sudah kaum ibaratnya kaum jeans, celana," katanya.


Menurutnya juga sudah banyak, bukan hanya didominasi oleh kaum rural, tetapi kaum urbannya juga sudah banyak. Bukan hanya mayoritas orang-orang yang bekerja di sektor agrarian, tetapi juga sudah banyak warga-warga NU yang bekerja di sektor-sektor industrial.


"Bagian dari orang-orang yang bekerja di sektor industri adalah generasi milenial yang bahkan mungkin lebih banyak lagi generasi Z. Ini saya kira sesuatu yang saya kira memang harus dipikirkan bersama-sama," ujarnya.


Pria yang lebih dikenal dengan panggilan Savic Ali itu mengatakan bahwa menjelang satu abad tantangan NU besar. Generasi milenial, generasi Z jumlahnya besar sekaligus juga mayoritas. Menurutnya generasi ini punya ciri-ciri tertentu yang mungkin 'tidak NU banget.'


"Saya kira memang sekarang menjadi tantangan satu abad, bagaimana kira-kira NU bisa meng NU kan generasi milenial, atau bagaimana kira-kira generasi milenial itu mau ber-NU," tegasnya dalam serial web yang diadakan berkat kerja sama NU Online dengan Fakultas Islam Nusantara Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) itu.

 

Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Kendi Setiawan