Nasional

Halaqah Kemasjidan, Ketua PBNU Jelaskan Fungsi Masjid

Senin, 31 Mei 2021 | 16:00 WIB

Halaqah Kemasjidan, Ketua PBNU Jelaskan Fungsi Masjid

Ketua PBNU) KH Abdul Manan Ghani (tengah) dalam Halaqah Kemasjidan, Senin (31/5). (Foto: NU Online/Aru Elgete)

Bogor, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Abdul Manan Ghani menegaskan, masjid dibangun di atas dasar ketakwaan. Sementara orang-orang bertakwa pasti ramah dan moderat. Ia kemudian menjelaskan beberapa fungsi masjid dari doa keselamatan yang sering dimunajatkan di masjid. 

 

Hal itu disampaikannya dalam Halaqah Kemasjidan yang digelar Lembaga Takmir Masjid (LTM) PBNU di Resort Prima Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Senin (31/5). Acara ini juga disiarkan langsung melalui Kanal Youtube TVNU dan dihadiri secara virtual oleh seluruh pengurus LTMNU se-Indonesia dan beberapa jajaran pengurus harian LTM PBNU di lokasi acara. 

 

Di kalimat pertama, lanjut Kiai Manan, doa itu adalah Allahumma inna nas-aluka salamatan fiddin. Kalimat tersebut dimaknai bahwa masjid harus dikelola dengan baik untuk menyelamatkan akidah, agama, akhlak, dan syariah. Tujuannya agar umat Islam terpelihara akidah dan agamanya hingga akhir hayat sehingga husnul khatimah. 

 

"Kedua, wa ‘afiyatan fil jasad. Artinya, masjid harus jadi pusat kesehatan. Minimal masjid harus bersih, punya ambulans untuk mengantar jamaah ke rumah sakit. Ada alat tensi yang perlu disiapkan di masjid," terang Kiai Manan. 

 

Lalu kalimat ketiga dari doa itu adalah wa ziyadatan fil ‘ilmu. Kalimat itu dimaknai agar masjid dijadikan sebagai tempat belajar. Selain difungsikan untuk memperdalam ilmu agama, masjid juga hendaknya dijadikan sebagai tempat untuk menimba ilmu-ilmu umum. 

 

"Jadi, ada bimbingan belajar (bimbel) di masjid, belajar Ilmu Aljabar dan bahasa Inggris, misalnya. Bukan saja belajar Al-Qur’an dan kitab kuning, itu pasti," jelasnya.

 

Keempat, doa keselamatan itu berbunyi wa barakatan fi rizqi. Artinya, kata Kiai Manan, masjid harus pula menjadi tempat untuk pemberdayaan ekonomi umat Islam. Hal tersebut sejalan dengan pesan Sunan Gunung Djati yakni Ingsun titip tajug lan fakir miskin (saya titip masjid dan fakir miskin). 

 

"Jadi kita harus berpikir bagaimana masjid juga bisa memakmurkan fakir miskin. Itu pesan dari Sunan Gunung Djati," ujar kiai kelahiran Cirebon, Jawa Barat ini. 

 

Kalimat yang kelima adalah wa taubatan qablal maut. Menurut Kiai Manan, kalimat doa itu harus diaplikasikan agar masjid juga menjadi tempat dakwah untuk mengajak orang mengingat orang pada kematian. 

 

"Kita ajak umat untuk shalat sebelum mati. Orang yang belum shalat diajak shalat, bukan malah dikafirkan. Orang NU tidak boleh begitu," tegas Kiai Manan. 

 

Keenam, doa keselamatan itu berkalimat wa rahmatan indal maut. Hal ini dimaknai Kiai Manan agar masjid menjadi pusat dari gerakan sosial agar orang-orang yang ditinggal mati, terlebih anak-anak, bisa tersantuni dengan baik. 

 

"Jadi agar anak yatim yang ditinggal mati itu mendapat rahmat dan kasih sayang. Penting masjid itu harus punya gerakan-gerakan sosial," katanya.

 

Kalimat yang terakhir dalam doa itu adalah wa maghfiratan ba’dal maut. Artinya, masjid mesti dijadikan sebagai tempat untuk mendoakan orang-orang yang telah wafat. "Misalnya itu digelar tahlilan, lailatul ijtima, dan silaturahim untuk mendoakan orang-orang yang telah meninggal dunia," jelas Kiai Manan.

 

Masjid sebagai pusat peradaban

Sementara itu, Wakil Ketua LTM PBNU KH Maman Abdurrahman menuturkan agar LTMNU di berbagai wilayah harus memiliki kewajiban untuk menjadikan masjid sebagai pusat peradaban. Di antaranya, ia berharap agar masjid mendatangkan guru matematika, Aljabar, dan statistik. Bahkan diberi fasilitas jaringan internet. 

 

"Biaya internet diambil dari kas masjid. Jadi kalau belajar di rumah kehabisan kuota internet, mereka bisa langsung masuk ke masjid. Kemudian itikaf. Jadi benar-benar masjid itu sebagai pusat peradaban," katanya.

 

Menurut Kiai Maman, saat ini banyak masjid yang megah tetapi isinya kosong. Ia berpesan kepada LTMNU di seluruh wilayah se-Indonesia agar jangan mengosongkan masjid tetapi harus bisa memakmurkannya. 

 

"Jangan lupa, kotak amal masjid yang diterima dari jamaah jangan disimpan lama-lama. Orang memasukkan uang ke dalam kotak amal ingin segera dimanfaatkan. Ingat, setiap masjid wajib ada internetnya dan yang penting dipertanggungjawabkan," harapnya.

 

Untuk diketahui, Halaqah Kemasjidan yang bertajuk Islam Rahmatan Lil Alamin sebagai Modal Utama Membangun Bangsa ini dipandu oleh Wakil Sekretaris LTM PBNU H Muiz Ali Murtadho. Hadir Wakil Sekretaris Jenderal PBNU H Imdadun Rahmat yang membincang materi Mengurai Aliran Keislaman di Indonesia.

 

Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Kendi Setiawan