Nasional

Harlah Ke-24, FKDMI Gelar Halaqah dan Beri Award

Sabtu, 21 Desember 2019 | 15:48 WIB

Harlah Ke-24, FKDMI Gelar Halaqah dan Beri Award

Dai (ilsutrasi: NU Online)

Jakarta, NU Online
Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia (FKDMI) menyelenggarakan kegiatan Halaqah Dakwah dan FKDMI Award dalam rangka Peringatan Harlah Ke-24 FKDMI di Hotel Bintang Jakarta Pusat, Sabtu (21/12). Kegiatan tersebut bertema ”Implementasi Nilai kebangsaan di kalangan Generasi Muda dalam Menangkal Radikalisme dan Intoleransi dalam Dunia Dakwah”.

Pada kesempatan itu, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora RI Asrorun Ni’am Sholeh mengatakan seorang dai harus memberikan ikhbar yang baik dan menetapkan nilai-nilai keunggulan islami yang dapat memaknai free market of idea (pasar bebas ide) serta how to promote dakwah yang tidak defensif dan ofensif.

Karenanya, kata dia, dai adalah mandat kekhalifahan yang ada pada diri kita semua. sebagai seorang dai harus menempatkan posisi diruang terbuka bukan ruang hampa sesuai dengan kondisi yang ada.

"Menyesuaikan tema FKDMI tentang menangkal radikalisme, dakwah positif di media sosial dan memberikan gambaran yang positif adalah hal yang wajib dilakukan oleh kalangan dai muda di FKDMI khususnya dan pemuda seluruh Indonesia pada umumnya," katanya. 

Secara teologi, sambungnya, menata pemikiran untuk menangkal radikalisme bukan hanya berteriak di jalanan dan ruang hampa. Akan tetapi, lebih kepada action plan penjelasan dan pendampingan secara syar’i yang jelas mengarah kepada kepentingan dan kebutuhan masyarakat pada arus yang paling bawah sekalipun.

Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama RI M. Fuad Nasar mengatakan, dalam tatanan kehidupan bernegara di Indonesia, agama dan Negara adalah dua aspek yang saling mengokohkan. Agama merupakan fondasi moral bagi keselamatan negara, sedangkan kekuasaan negara adalah penjaga supaya agama senantiasa tertanam kuat dalam kehidupan para pemeluknya. 

“Saya ingin mengajak kita semua agar memahami dan meresapi kembali pemikiran para pendiri republik ini tentang relasa agama dan negara,” katanya. 

Ia menambahkan, di antara masalah yang dihadapi bangsa kita dewasa ini ialah radikalisme berbasis agama. Salah satu strategi menyelamatkan Indonesia dari radikalisme berbasis agama ialah mengembangkan moderasi Islam dan moderasi di kalangan agama-agama lain juga. Tetapi radikalisme berbasis agama bukan satu-satunya ancaman bagi demokrasi dan negara kesatuan di masa datang.

Sementara Ketua Umum Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia Moh. Nur Huda mengatakan, gambaran kondisi bangsa Indonesia yang kian terancam dari paham radikal dan gerakan intoleransi sudah seharusnya dicarikan solusi konkrit agar NKRI tetap utuh dan kokoh. 

“Maka kebutuhan saat ini adalah menguatkan pilar-pilar dakwah dengan narasi nilai-nilai toleransi,” imbuhnya.

Atas dasar pemikiran tersebut, hemat Huda, sebagai dai muda merasa terpanggil untuk turut serta meneguhkan kembali nilai-nilai toleransi dalam rangka melawan gerakan radikalisme dan intoleransi. 

“Sebab ancaman tersebut bertentangan dengan ajaran Islam dan berdampak pada perpecahan antar umat dan warga negara Indonesia,” ujarnya.

Huda memegaskan bahwa, FKDMI merasa tertuntut untuk mengembangkan sistem dakwah yang lebih masif, efisien dan efektif untuk ikut menyelesaikan ancaman radikalisme dan intoleransi di tengah-tengah masyarakat kita.

Dalam acara tersebut juga diberikan Anugerah FKDMI Award 2019, salah satu penerima FKDMI Award tersebut adalah H M. Asrorun Ni’am Sholeh, Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora RI sebagai Tokoh Penggerak Dai Preneur.

Hadir juga sebagai Narasumber dalam Halaqah Dakwah tersebut adalah Ali Muchtar Ngabalin (Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden); M. Suaib Tahir (Deputi Bidang Pencegahan Badan Penanggulangan Terorisme/BNPT); KH Luthfi Attamimi (Sekjen Lembaga Persahabatan Ormas Islam); KH Amiruddin Mahrawi (Pengurus Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama); KH Nuril Arifin Husain (Ketua Umum Patriot Garuda Nusantara); H Hasanuddin Ali (CEO Alvara Research Center) dan Abdul Wahab (Founder dan CEO Santri Online/Ketua Umum Yayasan Santri Progresif).
 
Editor: Adullah Alawi