Nasional

IPNU Eksis, NU Tak Perlu Khawatir

Senin, 21 Oktober 2019 | 10:30 WIB

IPNU Eksis, NU Tak Perlu Khawatir

Hilmi Muhammadiyah saat memberikan sambutan pada penutupan Konbes dan Rakernas IPNU di Pondok Pesantren Minhadlul Ulum, Pesawaran, Lampung, Ahad (20/10). (Tangkapan layar siaran langsung 164 Channel/Syakir NF)

Lampung, NU Online

Nahdlatul Ulama menuju abad kedua ini menghadapi begitu banyak tantangan sejak kelahirannya. Di era seperti ini, banyak paham keislaman yang bertentangan dengan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyah dan mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan mengusung sistem khilafah.

 

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sebagai garda depan terus bergerak mengkader masyarakat sejak dini untuk menjadi Nahdliyin. Eksistensi IPNU ini menjadi salah satu jaminan NU di abad kedua.

 

"Saya menyaksikan bahwa tentu NU tidak perlu khawatir menghadapi abad kedua kebangkitan NU karena IPNU masih ada, IPNU masih eksis untuk mengabdi menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia," kata Hilmi Muhammadiyah, Ketua Presidium Majelis Alumni IPNU, saat memberikan sambutan pada penutupan Konferensi Besar (Konbes) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IPNU di Pondok Pesantren Minhadlul Ulum, Pesawaran, Lampung, Ahad (20/10).

 

Hilmi berharap agar IPNU tetap menjaga keaktifannya agar senantiasa eksis, memunculkan dirinya di tengah arus gelombang paham esktrem yang menyerang para pelajar Indonesia.

 

"Jadi IPNU harus eksis. IPNU harus terus aktif. IPNU harus tetap hidup. Ibarat kura-kura, ini saatnya kita mengeluarkan kepala karena situasinya sudah menuntut," jelas A'wan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu.

 

Ia mengingatkan agar jangan sampai ada lagi yang tiba-tiba mengaku IPNU, lalu datang saat kongres saja. Hal demikian, katanya, banyak terjadi di NU. Menurutnya, banyak yang mengaku NU demi menjadi pejabat. Hilmi menyebutnya NU naturalisasi. "Kalau saya meskipun namanya Muhammadiyah, tapi NU tulen," katanya yang langsung disambut tepuk tangan.

 

Tantangan berkembangnya paham transnasional berupaya mendiskreditkan NU. Mereka menyebarkan paham-paham yang bertentangan dengan ajaran Aswaja yang dengan berbagai cara terus menghidupkan kegiatan yang bertentangan dengan amaliah NU. Karenanya, IPNU harus menguasai teknologi guna memudahkan penyebaran dakwah.

 

"Makanya teman-teman harus menguasai teknologi sehingga substansi materi dakwah bisa dikembangkan disampaikan dengan baik," katanya.

 

Hal ini penting mengingat IPNU adalah kontributor utama kepengurusan NU di semua tingkatan, dari ranting hingga pusat. "IPNU adalah kontributor utama kepengurusan NU di semua pengurusan. Jadi saya tidak perlu khawatir. Jadi kita besarkan IPNU dengan baik untuk menyongsong kebangkitan Nahdlatul Ulama kedua," ujarnya.

 

Terakhir, Inspektur Wilayah III Inspektorat Jenderal Kementerian Agama itu meminta agar kader-kader IPNU tetap senantiasa menggelorakan semangat motto IPNU, yakni belajar, berjuang, dan bertakwa.

 

Pewarta: Syakir NF

Editor: Aryudi AR