Jakarta, NU Online
Indonesia diharapkan betul menjadi kiblat Islam moderat dunia. Pasalnya, berbeda dengan praktik Islam di beberapa tempat lainnya, masyarakat Muslim Nusantara lebih mengedepankan toleransi dan penghormatan terhadap keragaman.
“Islam yang dipraktikkan di Indonesia adalah keberagaman Islam yang mengedepankan toleransi, perdamaian, dan penghargaan terhadap keragaman dan kebudayaan Nusantara,” kata Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) M Kholid Syeirazi di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa (22/10).
Menurutnya, praktik Islam di Indonesia sejalan dengan nasionalisme. Bahkan semangat kebangsaan ini menjadi jargon dalam menumbuhkan semangat keberagamaan. “Islam yang kita laksanakan juga memiliki ikatan yang kuat terhadap nasionalisme. Bahkan diterima ajaran hubbul wathan minal iman, nasionalisme adalah bagian dari iman,” katanya.
Hal itu sebetulnya didasarkan atas sebuah ayat Al-Qur’an yang mengajak berislam dengan cara bijaksana atau hikmah. Pandangan yang seperti itu merupakan substansi dari dakwah Islam yang mengedepakan cara-cara yang elegan, lembut dan bijaksana.
“Praktik dan dakwah Islam di Nusantara dilaksanakan secara bijak, bil hikmah,” ujarnya.
Karenanya, Kholid meyakini bahwa pemahaman dan praktik keislaman umat Islam di Nusantara ini adalah wujud Islam yang didakwahkan oleh Rasulullah, Islam rahmatan lil ’alamin. “Islam yang dipahami dan dipraktikkan di Indonesia merupakan representasi visi Islam rahmatan lil alamin,” ucapnya.
Oleh karena itu, ia mengajak agar model keberagamaan seperti ini dijadikan sebagai rujukan dunia, agar Islam hadir sebagai kesejukan, bukan hadir dengan wajah yang menakutkan.
“Kita harus mendorongnya menjadi rujukan keberagamaan Islam yang moderat bagi negara-negara yang lain,” kata pria berusia 40 tahun itu.
Hal tersebut tak mengecualikan negara-negara yang mayoritas penduduknya non-Muslim. Sebab, menurutnya, Indonesia adalah contoh baik dalam praktik hubungan negara dan agama sehingga melahirkan demokrasi yang matang.
“Termasuk bagi negara-negara non Muslim yang menerapkan sistem demokrasi. Indonesia adalah praktik nyata hubungan yang kompatibel antara negara dan agama Islam, yang menghasilkan praktik demokrasi yang matang, damai, dan menghasilkan perwakilan yang demokratis,” pungkasnya.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Aryudi AR
Terpopuler
1
Gus Baha Jelaskan Alasan Mukjizat Nabi Muhammad Tak Seperti Nabi Sebelumnya
2
Kemenag Umumkan Hasil Seleksi Administrasi CPNS 2024 Malam Ini, Berikut Cara Ceknya
3
Harlah Ke-95, LP Ma’arif NU akan Wujudkan Visi Pendidikan Bereputasi Internasional
4
Mengenal Susu Ikan, Cek Kandungan Gizinya bagi Tubuh
5
Kitab Haulal Ihtifal bi Dzikra Maulidin Nabi, Menelusuri Sejarah dan Hukum Maulid Nabi
6
Direktur PD Pontren Kemenag Sayangkan Beberapa Pihak Belum Paham UU 18/2019 tentang Pesantren
Terkini
Lihat Semua