Nasional

Jokowi ke Ukraina-Rusia, Pengamat: Upaya Tekan Krisis Pangan

Selasa, 5 Juli 2022 | 19:34 WIB

Jokowi ke Ukraina-Rusia, Pengamat: Upaya Tekan Krisis Pangan

Pertemuan Jokowi dengan Putin (Foto: Setkab)

Jakarta, NU Online
Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah rampung melakukan misi perdamaian. Ia berhasil bertemu secara empat mata dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Setelahnya, ia meneruskan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow.


Dalam kunjungannya itu, Jokowi menyampaikan niatnya menjadi juru damai antara Ukraina dan Rusia. Atas pernyataannya, Presiden Jokowi menuai sejumlah apresiasi karena dianggap bernyali besar untuk mengunjungi dua negara yang sedang bersitegang itu.


Pengamat Hubungan Internasional Central China Normal University (CCNU), Ahmad Syarifuddin Zuhri, menilai upaya mendamaikan kedua negara berkonflik yang dilakukan Presiden Jokowi tersebut sebagai langkah serius mengantisipasi krisis pangan yang berkelanjutan. Melalui pertemuan itu, Presiden Jokowi dianggap mendorong kembali pemulihan jalur pasokan pangan yang terganggu akibat konflik.


“Dunia saat ini di ambang krisis pangan dan energi salah satunya karena dampak dari perang Ukraina-Rusia. Ini sudah sangat signifikan di dunia, terutama di rantai pasok global,” jabarnya kepada NU Online, Senin (4/7/2022).


Sementara itu, tiga sektor utama paling terdampak dari perang Rusia-Ukraina yakni pangan, energi, dan kesehatan. Pada persoalan pangan, kata Zuhri, negara-negara berkembang bakal makin terkoyak jika rantai pasok pangan terus terganggu akibat perang tersebut.


“Kita tahu bahwa saat ini, dunia mengalami kenaikan harga minyak mentah hingga hingga harga bahan pangan seperti gandum. Kita sudah merasakan bagaimana Indonesia ini 100 persen pengimpor yang hampir 30 persennya itu datang dari negara yang konflik tersebut,” tambahnya.


Selain itu, Zuhri mengatakan bahwa langkah yang ditempuh Presiden Jokowi sangat strategis terhadap pemulihan ekonomi global. Pasalnya, pemulihan ekonomi yang digagas segenap pihak, sambungnya, sangat terancam akibat perang antara Rusia dan Ukraina.


Misi kemanusiaan

Zuhri menerangkan, keputusan Presiden Jokowi untuk menemui kedua pimpinan negara perang tersebut adalah sebuah langkah yang patut diapresiasi. Lebih dari sekadar misi mendamaikan dua negara, Zuhri menilai Presiden Jokowi memikul misi kemanusiaan.


“Upaya Presiden Jokowi ini merupakan suatu hal yang patut diapresiasi yang luar biasa. Karena sebagai negara yang berkembang dan tidak memihak manapun, Indonesia bisa menjadi salah satu kekuatan penengah di antara negara-negara yang berkonflik, dalam hal ini di Ukraina dan Rusia,” ungkap Direktur Sino-Nusantara (SINTARA) Institute itu.


Kendati demikian, Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok itu mengatakan bahwa upaya Presiden Jokowi itu merupakan babak awal dari Indonesia untuk mendamaikan kedua negara berkonflik. Presiden Jokowi datang menjadi penengah untuk mencapai kesepakatan damai itu, diyakininya memerlukan waktu panjang.


“Ini adalah awal dari upaya Indonesia untuk mendamaikan konflik dan berkontribusi terhadap dunia. Karena ini tidak hanya terkait dengan konflik peperangan antara dua negara, tetapi efek dari itu lebih panjang,” tuturnya.


Krisis pangan dan energi

Mengutip laporan terbaru dari Program Pangan Dunia (WFP) yang dirilis pada Juni 2022 menyebutkan, sekitar 345 juta penduduk dunia menghadapi kerawanan pangan akut. Penyebabnya ditengarai oleh beberapa sebab meliputi guncangan iklim, pandemi Covid-19, hingga efek riak dari perang Rusia-Ukraina. Hal tersebut menyebabkan adanya kenaikan harga makanan serta bahan bakar.


“Jutaan orang di seluruh dunia berisiko mengalami kelaparan kecuali sekarang juga dilakukan tindakan untuk merespons bersama dan dalam skala besar,” tulis WFP.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Muhammad Faizin