Kehilangan Orang Tua Akibat Covid-19 Timbulkan Traumatis pada Anak
NU Online · Rabu, 4 Agustus 2021 | 00:15 WIB

Anak-anak yang kehilangan orang tua berisiko mengalami trauma jangka pendek dan panjang yang mendalam bagi kesehatan fisik dan psikis mereka.
Syifa Arrahmah
Kontributor
Jakarta, NU Online
Pandemi Covid-19 menyisakan luka bagi semua kalangan, termasuk anak-anak di seluruh dunia. Pasalnya, akibat dari pandemi tidak sedikit anak kehilangan kedua orang tua atau pengasuh karena terinfeksi virus Covid-19.
Merespons hal itu, Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Rita Pranawati, mengatakan bahwa anak-anak yang kehilangan orang tua berisiko mengalami trauma jangka pendek dan panjang yang mendalam bagi kesehatan fisik dan psikis mereka.
“Ini sangat tidak mudah bagi mereka (anak-anak) karena dalam waktu singkat menjadi yatim piatu dan itu menimbulkan dampak traumatis bagi kehidupan mereka,” kata Rita saat dihubungi NU Online, Selasa (3/8).
Ia mendorong pemerintah sebagai pelindung untuk memerhatikan secara khusus situasi ini. Karena dikhawatirkan akan timbul dampak-dampak lain, seperti risiko terpapar penyakit kronis bahkan kekerasan seksual yang kapan saja bisa menimpa mereka.
“Ya, secara kepemerintahan bagaimana kemudian anak-anak bisa mendapat jaminan kepastian, terutama dalam pengasuhan,” ucap perempuan kelahiran Kebumen itu.
Pola pengasuhan ini, menurut Rita, tertulis dalam Perundang-Undangan nomor 44 tahun 2017 tentang pelaksanaan pengasuhan anak. Di sana disebutkan bahwa pengasuhan anak adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan, dan kesejahteraan yang menetap dan berkelanjutan demi kepentingan terbaik bagi anak.
“Nah, anak-anak yang kehilangan orang tua sebaiknya diasuh oleh berbasis keluarga. Pola asuh ini dilakukan oleh keluarga besar,” tutur Rita.
Ikatan Dokter Anak Indonesia, seperti dikutip dari Kompas.id, menyebutkan, kasus kematian anak akibat Covid-19 di Indonesia mencapai 12,5 persen atau 1 dari 8 kematian menimpa anak usia 0-18 tahun.
Dengan perkiraan kematian anak-anak sekitar 10.000 kasus, maka mengacu persentase itu, ada lebih dari 70.000 kasus kematian orang dewasa di negeri ini. Menggunakan dasar perhitungan Tim Rawlings dan Hillis yang dikutip Kompas.id, setidaknya ada 35.000 anak di Indonesia terdampak akibat kematian orang-orang dewasa itu.
Angka pasti jumlah anak yang menjadi yatim atau piatu di masa pandemi belum ada, tetapi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memperkirakan, jumlahnya mencapai ribuan karena tingginya angka kematian di Indonesia. Hingga Selasa (3/8/2021), kasus kematian di Indonesia mencapai 98.889 jiwa.
Indonesia perlu meniru pemerintah India yang proaktif mendata anak-anak yang menjadi yatim atau piatu di masa pandemi.
Di akun Twitternya, Menteri Urusan Perempuan dan Anak di India, Smirti Irani, menulis tweet bahwa antara 1 April dan 25 Mei, setidaknya 577 anak di India kehilangan kedua orang tua akibat terinfeksi virus corona.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
2
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
3
PBNU Buka Suara Atas Tudingan Terima Aliran Dana dari Perusahaan Tambang di Raja Ampat
4
Fadli Zon Didesak Minta Maaf Karena Sebut Peristiwa Pemerkosaan Massal Mei 1998 Hanya Rumor
5
Presiden Pezeshkian: Iran akan Membuat Israel Menyesali Kebodohannya
6
Israel Serang Militer dan Nuklir Iran, Ketum PBNU: Ada Kegagalan Sistem Tata Internasional
Terkini
Lihat Semua