Nasional

Kemenag Pastikan Wakaf Uang Hanya Diinvestasikan untuk Produk Keuangan Syariah

Kamis, 28 Januari 2021 | 06:00 WIB

Kemenag Pastikan Wakaf Uang Hanya Diinvestasikan untuk Produk Keuangan Syariah

Ilustrasi gedung Kemenag RI Jl MH Thamrin No 6 Jakarta Pusat. (Foto: NU Online/Musthofa Asrori)

Jakarta, NU Online
Presiden Joko Widodo telah meluncurkan Gerakan Nasional Wakaf Uang (GNWU) pada Senin (21/1) lalu. GNWU ini mendapat beragam respons dari masyarakat, terutama terkait penggunaan dana wakaf yang dihimpun. 


Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, memastikan bahwa pengelolaan wakaf uang hanya diinvestasikan untuk produk keuangan syariah.


"Secara garis besar, pengelolaan wakaf uang hanya bisa dilakukan melalui investasi produk keuangan syariah," kata Kamaruddin, di Jakarta, Kamis (28/01), melalui siaran pers.


Ia menjelaskan, pengelolaan wakaf uang akan dipercayakan kepada nazhir (pengelola wakaf) melalui Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU) yang sudah mendapat izin dari Menteri Agama. Pihak yang menjadi nazhir dalam GNWU adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI) yang merupakan lembaga independen.


"Uang wakaf yang terhimpun kemudian akan diinvestasikan ke berbagai macam produk keuangan syariah yang resmi. Misalnya, deposito mudharabah, musyarakah, bahkan sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)," jelas Dirjen.


Lebih lanjut, Kamaruddin menerangkan bahwa pembiayaan proyek pemerintah hanyalah salah satu bentuk instrumen investasi. Itupun sepanjang instrumen tersebut berbasis syariah, dengan tetap memperhatikan kehendak wakif.


"Jadi, sukuk atau Surat Berharga Syariah Negara hanyalah salah satu instrumen syariah yang memberikan yield (bagi hasil) tertentu. Terserah nazhir mau diinvestasikan ke instrumen yang mana, sepanjang sesuai dengan ketentuan UU dan aturan Syariah," sambungnya.


Meski begitu, mantan Dirjen Pendis ini mengakui bahwa SBSN atau sukuk saat ini merupakan instrumen investasi unggulan. Sebab, karakteristiknya sangat aman, serta memberikan imbal hasil yang bersaing.


"Sehingga, wajar jika nazhir sebagai portofolio manager mempertimbangkan instrumen tersebut,” ujar Guru Besar UIN Alauddin Makassar itu.


Hasil investasi syariah wakaf uang itu, 90 persennya dimanfaatkan untuk program pemberdayaan umat dengan membagikannya kepada penerima manfaat wakaf (mauquf 'alaih). Sementara 10 persen lainnya dapat digunakan oleh nazhir sebagai pengelola aset wakaf. 


"Adapun pokok wakafnya tidak akan berkurang sama sekali," imbuh akademisi sekaligus birokrat kelahiran Bontang 52 tahun yang lalu itu.


Di samping itu, Kamar menegaskan bahwa mekanisme pengumpulan dan pengelolaan wakaf uang diatur dalam Undang-undang dan Peraturan Pemerintah.


"Dalam melakukan pengawasan, pengumpulan, dan pengelolaan wakaf uang, Kemenag berpedoman pada Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 4 Tahun 2009," pungkasnya. 


Pewarta: Syakir NF
Editor: Musthofa Asrori