Nasional

Kemendiktisaintek Imbau Mahasiswa Indonesia di AS Tidak Bepergian ke Luar Negeri

NU Online  ·  Kamis, 29 Mei 2025 | 19:05 WIB

Kemendiktisaintek Imbau Mahasiswa Indonesia di AS Tidak Bepergian ke Luar Negeri

Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie (Foto: Instagram Kemendiktisaintek)

Jakarta, NU Online
Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie mengimbau mahasiswa Indonesia yang saat ini berada di Amerika Serikat (AS) untuk tidak melakukan perjalanan ke luar negeri. 


Stella mengungkapkan bahwa imbauan ini dikeluarkan sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah Amerika Serikat yang menghentikan sementara pengajuan visa untuk program pertukaran pelajar dan pengunjung.


“Sebagai respons terhadap kebijakan pemerintah Amerika Serikat (AS) tentang penghentian sementara pengajuan visa pertukaran pelajar dan pengunjung, Kemendiktisaintek mengimbau mahasiswa Indonesia yang berada di AS dengan visa tersebut untuk tidak melakukan perjalanan keluar hingga ada kepastian lebih lanjut,” katanya melalui keterangan Instagram Kemendiktisaintek dikutip NU Online, Kamis (29/5/2025).


Di bawah kepemimpinan Menteri Brian Yulianto, lanjut Stella, menyatakan komitmennya untuk terus bekerja keras dan bergerak cepat demi mengutamakan kelanjutan studi para mahasiswa. 


Stella mengatakan bahwa langkah-langkah strategis yang sedang diambil adalah menjajaki peluang studi di perguruan tinggi unggulan di negara lain serta membuka opsi untuk melanjutkan studi di kampus-kampus terbaik dalam negeri.


Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump sempat menghentikan sementara penerimaan mahasiswa internasional di Universitas Harvard mengincar sumber pendanaan penting bagi perguruan tinggi tertua dan terkaya di negara itu, pada Kamis (22/5/2025). 


Terbaru, Trump mengatakan, Universitas Harvard harus membatasi jumlah pendaftaran internasional hingga sekitar 15 persen dari total mahasiswa. Ia beralasan ingin memastikan mahasiswa yang belajar di AS dapat mencintai negara Paman Sam tersebut.


"Saya ingin memastikan bahwa mahasiswa asing adalah orang-orang yang dapat mencintai negara kita. Banyak dari mahasiswa tersebut adalah pembuat onar yang disebabkan oleh kaum kiri radikal yang gila di negara ini," katanya mengutip Antara saat jumpa pers di Gedung Putih, AS, pada Rabu (28/5/2025).


Mengenai hal tersebut, Antropolog Amerika Prof James Hoesterey menyebut tekanan-tekanan pada pihak kampus meningkat secara signifikan bagi universitas yang tidak mau mengambil sikap untuk sejalan dengan agenda pemerintah. 


"Kalau kita lihat, di kondisi kampus-kampus di Amerika, secara sistematis suara-suara yang dibungkam itu sebagian besar suara yang pro-Palestine," ujar James kepada NU Online selepas memberikan kuliah umum Critical Review of Moderate Islam in the Muslim World di Universitas Indonesia, Depok, Jumat (23/5/2025).   


James menjelaskan statistik tren antisemitisme dan islamophobia di Amerika sama-sama mengalami peningkatan. Namun, hal ini tidak lebih membahayakan ketimbang menjadikan antisemitisme sebagai alat politik elit negara tersebut.   


"Antisemitisme memang menunjukkan peningkatan. Namun, yang lebih berbahaya, adalah menjadikan antisemitisme sebagai alat politik," jelasnya.