Nasional

Kemnaker Paparkan Jurus Jitu Hadapi Bonus Demografi

Sabtu, 21 September 2019 | 13:35 WIB

Kemnaker Paparkan Jurus Jitu Hadapi Bonus Demografi

Dirjen Binalattas Kemnaker Bambang Satrio Lelono dalam seminar nasional 2019 bertema Pengembangan SDM Unggul untuk Memanfaatkan Peluang Bonus Demografi Menuju Indonesia Maju pada RPJMN 2020-2024, di Lemhanas Jakarta, Jumat (20/9/2019). (Foto: Kemnaker)

Jakarta, NU Online
Menyambut bonus demografi pada tahun 2020, ada empat tantangan yang akan dihadapi Indonesia dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) unggul.
 
Direktur Jenderal (Dirjen) Dirjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Bambang Satrio Lelono, mengatakan tantangan pertama adalah soal profil angkatan kerja dengan keterampilan kurang. Rendahnya keterampilan angkatan kerja tak lepas dari rendahnya tingkat pendidikan di Indonesia.
 
Berdasarkan data Kemnaker, 60 persen tenaga kerja nasional hanyalah lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
 
"Dengan kompetensi tenaga kerja yang hanya lulusan SD-SMP maka konsekuensi tenaga kerja (akan) lebih banyak terserap di industri padat karya," ujar Bambang, Jumat (20/9).
 
Sebaliknya, bonus demografi bisa menjadi berkah jika angkatan kerja produktif yang mendominasi jumlah penduduk dapat terserap baik di pasar kerja. "Jika tidak maka bonus demografi bisa menjadi bencana demografi bagi Indonesia," katanya.
 
Tantangan kedua adalah bonus demografi harus dianggap sebagai hal positif bagi pembangunan SDM unggul. "Itu bisa dimulai dengan prioritas di sektor kesehatan dan dilanjutkan dengan memperkuat pembangunan di sektor vokasi," ujarnya.
 
Tantangan ketiga bahwa Indonesia membutuhkan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih baik. Terutama ekosistem yang mengarah pada pasar kerja fleksibel dan mengikuti perkembangan dunia saat ini.
 
"Ekosistem ketenagakerjaan yang fleksibel akan memudahkan investor masuk guna terciptanya lapangan kerja yang massif bagi angkatan kerja kita," kata Bambang.
 
Dalam menghadapi revolusi industri 4.0, angkatan kerja Indonesia menghadapi tantangan harus adaptif dan berpikir cepat. Apalagi, ia menambahkan, perubahan teknologi informasi yang terjadi sekarang ini begitu masif. Oleh karena itu, angkatan kerja Indonesia perlu membuat transformasi industri untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru di masa depan.
 
Menurut Bambang, pemanfaatan teknologi digital perlu dilakukan untuk menghadapi keempat tantangan bonus demografi. Tujuannya, kata dia, untuk mendorong generasi milenial menjadi pemimpin dalam e-commerce, startup, dan pengembangan ekonomi digital di Indonesia.
 
"Demografi Indonesia akan didominasi oleh milenials. Bila kita mampu memanfaatkan potensi ekonomi digital dengan sebaik-baiknya, maka Indonesia berpeluang menjadi salah satu kekuatan ekonomi baru dunia," ujarnya.
 
Bonus demografi 2020 juga membutuhkan kebijakan yang sesuai. Misalnya, perbaikan dan peningkatan pelayanan kesehatan, keterampilan melalui pendidikan dan pelatihan, dan pengendalian jumlah penduduk, serta kebijakan ekonomi yang mendukung fleksibilitas dan keterbukaan pasar kerja.
 
Bambang menegaskan, pemerintah tak hanya berfokus pada peningkatan jumlah, tapi juga kualitas lapangan kerja dalam menyambut bonus demografi.
 
"Selain meningkatkan kuantitas lapangan kerja, pekerjaan rumah terbesar saat ini adalah meningkatkan kualitas kerja," katanya.
 
Editor: Kendi Setiawan