Nasional

Ketum PBNU: Kiai NU Tidak Mungkin Memberontak NKRI

Jumat, 20 Agustus 2021 | 03:00 WIB

Ketum PBNU: Kiai NU Tidak Mungkin Memberontak NKRI

Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siroj mengisi acara Haul Para Syuhada Kemerdekaan Republik Indonesia yang disiarkan langsung melalui Kanal Youtube TVNU. (Foto:Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online
Sejarah mencatat, dari dulu sampai sekarang peran kiai-kiai NU dalam merawat keutuhan NKRI sudah terbukti. Oleh karena itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menegaskan, tidak akan mungkin kiai NU memiliki niat untuk mengancam keutuhan NKRI.


“Saya yakin, tidak ada satu pun Kiai NU yang berniat memberontak NKRI, meskpiun ia hanya seorang kiai ndeso,” jelas KH Said Aqil Siroj saat mengisi acara Haul Para Syuhada Kemerdekaan Republik Indonesia yang disiarkan langsung melalui Kanal Youtube TVNU, Kamis (19/8).


Sejumlah jejak sejarah menjadi bukti loyalitas kiai-kiai NU terhadap bangsa. Kiai Said menyebutkan, KH Hasyim Asy’ari yang terkenal dengan jargon hubbul wathan minal iman-nya; Muktamar NU tahun 1936 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan mencetuskan Indonesia sebagai Darus Salam (negara damai), bukan Darul Islam (negara Islam); dan Muktamar NU di Situbondo tahun 1984 menegaskan NU menerima asas tunggal Pancasila.


Dalam forum yang juga dihadiri KH Abdullah Kafabihi Mahrus itu, Kiai Said menjelaskan, saking kentalnya semangat nasionalis pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, jargon hubbul wathan minal iman (naisonalisme bagian dari iman) dikenal luas, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga mancanegara.


“Jargon itu diakui ulama dunia. Saking terkenalnya, sampai-sampai dikira hadits. Padahal itu jargon Mbah Hasyim,” papar Pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah itu.


Dijelaskan oleh Kiai Said, berkat jasa para ulama, Indonesia tidak menjadi negara sekuler yang memisahkan urusan agama dengan negara. Juga bukan negara Islam, yang justru akan mengancam keutuhan Indonesia sebagai bangsa yang majemuk.


Kiai Said menyayangkan para pejuang di Timur Tengah. Banyak pejuang Muslim yang bukan nasionalis kendati beragama Islam. Sebaliknya, banyak pejuang nasionalis tetapi bukan Muslim. Akibatnya, antara kedua pihak tidak menemukan titik temu dan banyak terjadi konflik.


“Berbeda di Indonesia. Pejuang Muslim, ya pejuang nasionalis. Pejuang nasionalis, ya pejuang Muslim. Tinggal kita sekarang, bagaimana menerima estafet amanah yang sangat berat ini. Mari kita jaga dan rawat keberlangsungan NKRI,” pungkas Kiai Kelahiran Cirebon itu.


Kontributor: Muhamad Abror
Editor: Aiz Luthfi