Nasional

Ketum PBNU Singgung Ketimpangan Ekonomi di Depan Presiden dan Wapres

Rabu, 22 Desember 2021 | 21:00 WIB

Ketum PBNU Singgung Ketimpangan Ekonomi di Depan Presiden dan Wapres

KH Said Aqil Siroj menyarankan pemerintah untuk menyeimbangkan pertumbuhan dengan melakukan pemerataan, dan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul sebagai modal pembangunan.

Lampung Tengah, NU Online

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyinggung soal kekayaan sumber daya alam yang belum dirasakan sepenuhnya oleh masyarakat Indonesia. Padahal, menurutnya Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa dari hutan hingga lautan.


“Daratannya dipenuhi hutan-hutan penopang paru-paru dunia, di bawahnya terkandung kekayaan mineral yang banyak. Lautannya mengandung potensi ekonomi biru tiada tara, di bawahnya tersimpan bukan hanya ikan, tetapi cadangan migas dan mineral yang berlimpah," kata Kiai Said dalam pidatonya di acara pembukaan Muktamar NU yang juga dihadiri Presiden dan Wapres RI di Pondok Pesantren Darussa’adah, Rabu (22/12/2021).


Agar kekayaan itu dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia, dia menyarankan pemerintah untuk menyeimbangkan pertumbuhan dengan melakukan pemerataan, dan menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang unggul sebagai modal pembangunan.


“Saat ini, agar itu semua dapat dirasakan oleh masyarakat luas, maka dibutuhkan SDM unggul, yang mampu mengolah kekayaan alam itu sebagai modal pembangunan,” terang kiai asal Cirebon itu. 


Hal itu, kata dia penting dilakukan untuk menghindari ketimpangan perekonomian di masyarakat. Sebab, pemerataan merupakan prasyarat mutlak mewujudkan perdamaian. 


“Pemerataan distribusi kesejahteraan adalah prasyarat mutlak terciptanya perdamaian,” jelas Kiai Said.


Lebih lanjut, tokoh NU yang sempat mengenyam pendidikan di Arab Saudi itu juga menyebutkan, saat ini masyarakat tengah dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan dan tantangan baru zaman. 


Tantangan itu, di antaranya: perubahan iklim, kesenjangan ekonomi, bio-teknologi, polarisasi, radikalisme, dan krisis teknologi. Itu semua menurutnya menjadi daftar panjang keresahan kaum milenial.


“Daftar panjang tersebut bisa diringkas sebagai keresahan-keresahan milenial. Keresahan yang penanganannya jelas meniscayakan kolaborasi bersama warga dunia, bukan hanya warga negara,” terangnya.


Menanggapi pernyataan Kiai Said tadi, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa pemerataan ekonomi merupakan hal yang tidak mudah diwujudkan. Akan tetapi, ia meyakini, kesulitan itu dapat ditangani oleh warga NU yang kebanyakan santri lulusan dari universitas-universitas besar.


“Ekonomi umat, kita tahu banyak tadi juga disampaikan oleh ketua PBNU tentang pemerataan ekonomi. Kita bicara apa adanya bahwa ini tidak gampang dilakukan. Tapi saya yakin ini bisa karena saya lihat anak muda NU dan santri yang pintar keluaran dari universitas besar dunia sangat banyak,” kata Presiden Jokowi.


“Ini harus dirajut dalam sebuah kekuatan lokomotif dan saya yakin ini bisa menarik ekonomi yang bawah,” sambungnya.


Presiden juga berkomitmen ke depan akan membuatkan wadah bagi anak-anak muda untuk berusaha, seperti PT. Pihaknya akan menyiapkan konsesi lahan untuk pertanian, konsesi minerba yang bergerak di usaha nikel, batu bara, tambang, timah, dan lainnya.


"Saya juga melihat anak-anak muda NU banyak yang pinter teknologi. Ke depan kita harus masuk ke sana, tapi ini harus hati-hati jangan sampai teknologi ini merusak masyarakat, kita ingin teknologi ini bermanfaat," tandasnya.


Di luar itu, Presiden Jokowi mengapresiasi penerapan prokes yang ketat dengan pendampingan dari Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 dalam penyelenggaraan Muktamar Ke-34 NU ini. Ia berharap para peserta dapat kembali dengan sehat.


“Saya mengapresiasi protokol kesehatan didampingi satgas. Insya Allah kita kembali ke daerah masing-masing dalam keadaan sehat,” harap dia.


Kontributor: Syifa Arrahmah

Editor: Alhafiz Kurniawan