Nasional

Keyakinan Beramaliah NU Hendaknya Diteruskan kepada Anak Cucu

Sabtu, 14 September 2019 | 13:00 WIB

Keyakinan Beramaliah NU Hendaknya Diteruskan kepada Anak Cucu

KH Marzuki Mustamar saat memimpin shalat istisqa di lapangan Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan. (Foto: NU Online/panitia)

Lamongan, NU Online
Siapa saja yang telah berkhidmah dan menjalankan amaliah Nahdlatul Ulama untuk terus konsisten. Tidak semata dilakukan dan diyakini yang bersangkutan, juga diteruskan kepada anak dan keturunan. 
 
Penegasan disampaikan KH Marzuki Mustamar saat mengisi materi pada kegiatan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Sunan Drajat, Paciran, Lamongan, Sabtu (14/9). Acara diselenggarakan Pengurus Wilayah (PW) Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) Jawa Timur.
 
Kiai yang getol membedah amaliah NU secara mendalam tersebut berpesan kepada para alim ulama, akademisi serta pengurus ISNU se-Jawa Timur yang menjadi peserta MKNU untuk tidak meninggalkan NU dengan alasan apapun.
 
“Kalau bisa, sampean sak anak turune (sampai anak keturunannya, red) jangan sampai keluar dari NU. Insyaallah niat baik akan barokah,” ungkapnya.
 
Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur tersebut juga memberikan semangat dalam berkhidmah di NU kepada seluruh peserta MKNU.
 
Selama satu setengah jam lamanya, Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Kota Malang itu memberikan pendalaman pengetahuan tentang NU serta membongkar aliran-aliran yang sering mengalamatkan thaghut, bid’ah dan khurafat kepada NU.
 
Tidak hanya itu, KH Marzuki Mustamar turut mengingatkan kader NU jangan ada yang bermain kelewatan dengan NU. Peringatan tersebut disampaikan seraya menceritakan pengalaman yang menimpa salah seorang pengurusan NU.
 
Seusai menyampaikan materi, peserta MKNU diambil sumpah kesetiaan kepada NU yang dipimpinnya. 
 
Sebelumnya, dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, Malang tersebut mengingatkan bahwa kaum Muslimin dan bangsa Indonesia harus memiliki kepekaan atas kekeringan yang kini melanda. 
 
Penegasan tersebut disampaikan saat memberikan mauidlah usai pelaksanaan shalat istisqa di lapangan Pondok Pesantren Sunan Drajat yang diikuti peserta MKNU dan ribuan santri.
 
“Kemarau panjang dan berkurangnya rezeki barangkali disebabkan nikmat yang diberikan Allah yang seharusnya digunakan untuk kemaslahatan umat justru dipakai untuk maksiat,” katanya. 
 
Dalam pandangannya, bahwa terjadinya kemarau panjang dan paceklik karena manusia kurang bertakwa. Oleh sebab itu, cara yang antara lain harus dilakukan adalah dengan meminta ampun (istighfar).
 
“Istighfar dan taubat akan mengembalikan rizki kita," ungkapnya di hadapan peserta shalat istisqa.
 
Selain itu, Kiai Marzuki mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terpecah belah. Apalagi saling menghujat dan menyebarkan hoaks. 
 
“Perpecahan sesama Muslim menjadi sebab turunnya azab. Bersatu dan berjamaah mendatangkat rahmat dari Allah SWT. Mari setelah pemilu, pilpres, pilkada, atau pilkades, kita bersatu lagi," tandasnya.
 
 
Pewarta: Imam Kusnin Ahmad
Editor: Ibnu Nawawi