Nasional

KH Miftachul Akhyar Jelaskan Pentingnya Melepaskan Sifat yang Merusak Ibadah kepada Allah

Jumat, 6 Oktober 2023 | 19:00 WIB

KH Miftachul Akhyar Jelaskan Pentingnya Melepaskan Sifat yang Merusak Ibadah kepada Allah

Rais Aam PBNU KH Miftachul Akhyar. (Foto: NU Online/Syakir NF)

Jakarta, NU Online

Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar menjelaskan pentingnya melepaskan sifat yang merusak ibadah kepada Allah swt, yaitu agar dapat dengan mudah menyambut panggilan Allah.


“Lepaskan sifat yang merusak peribadatan kepada Allah, lepaskan semua. Kalau kita lepaskan, kita akan dengan mudah menyambut panggilan Allah, kita nggak ada halangan, nggak ada rintangan, karena sifat-sifat itu sudah lepas,” ujarnya pada Ngaji Kitab Syarah Al-Hikam Pertemuan ke 49 yang diakses oleh NU Online di kanal Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar pada Jumat (6/10/2023).


Kiai Miftach, sapaan akrabnya, mengungkapkan sifat yang merusak peribadatan adalah sifat-sifat tercela yang ada pada diri manusia, diantaranya  sombong, riya, hasud, merendahkan orang,  permusuhan, dendam, marah, merendahkan orang, cinta dunia, dan lain sebagainya.


“Inilah sifat manusia, banyak sekali sifat-sifat yang merusak peribadatan kita. Karena sebuah ibadah yang murni tidak akan berhasil, kecuali setelah kita keluar dari sifat-sifat yang tercela itu tadi, yang jelek itu tadi,” terangnya.


Lebih lanjut, Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya, Jawa Timur itu memberikan ibarat kendaraan yang rusak di tengah jalan sebelum sampai tujuan, jika ibadah kepada Allah tetapi masih mengemban sifat-sifat kejelekan.


“Di saat ibadah kepada Allah kita masih menggendong sifat yang jelek itu tadi, masih ujub, masih hasad, masih sombong, padahal ini merusak peribadatan, bagaimana kita bisa menyambut panggilan Allah, sudah rusak di tengah jalan. Kita ibadah dirampok di tengah jalan. Kita ibadah menuju Allah tetapi dihabisi oleh sifat-sifat itu tadi, bisa dikatakan akhlaknya setan, ya nggak sampai,” jelasnya.


Maka dari itu, Kiai Miftach menegaskan pentingnya melepas sifat-sifat yang merusak perjalanan peribadatan yaitu agar siap ketika dipanggil oleh Allah. Selain itu, hal tersebut juga akan menyadarkan manusia bahwa sebenarnya sejak di alam arwah, sebelum ruh dimasukkan ke dalam jasad, manusia sudah bertauhid kepada Allah.


“Oleh karena itu keluarkan. Kalau tidak kamu keluarkan, (kamu) akan dibegal oleh sifat-sifat yang menentang peribadatan kita. Tentu agar kalian bisa dengan tulus menjawab panggilan Allah, agar menjadi orang yang muqorobin,” katanya.


Kiai Miftach juga menjelaskan tentang arti cinta kepada Allah, yaitu mendahulukan memuliakan Allah. Namun, ia menegaskan bahwa Allah tidak butuh cinta manusia, sebab justru manusia yang membutuhkannya.


“Seumpama orang sedunia ini tidak ada yang cinta Allah, Allah tidak akan berkurang kekuasaan-Nya. Justru kita yang celaka. Makanya kalau ada orang bilang walaupun saya nggak sholat, nggak puasa, nggak zakat kan nggak membahayakan Allah. Ya betul, tetapi itu membahayakan kamu sendiri, membahayakan dirimu,” pungkasnya.