Nasional

KH Nuril Huda: Tahun 1972 PMII Hanya Pura-pura Independen

NU Online  Ā·  Sabtu, 21 Maret 2015 | 13:39 WIB

Jakarta, NU Online
Pendiri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) KH A. Nuril Huda mendukung sepenuhnya rencana penetapan kembali PMII sebagai salah satu badan otonom NU dalam Muktamar ke-33 di Jombang, 1-5 Agustus nanti.<>

Menurutnya, garis ideologi NU harus jelas. ā€œPolitik dan strategi boleh. Tetapi ideologi tidak boleh miring-miring,ā€ katanya di ruang redaksi NU Online lantai 5 kantor PBNU, Jakarta, Jum’at (20/3).

PMII didirikan pada tahun 1960 oleh para kader IPNU. PMII dimaksudkan sebagai estafet kaderisasi NU di lingkungan kampus pasca-IPNU. ā€œSaat ini hanya saya dan Pak Chalid (Chalid Mawardi) yang masih hidup,ā€ kenang Kiai Nuril yang kini berusia 76 tahun.

ā€œPerjuangan harus ada estafet. Kalau tidak ya NU akan lenyap. Para kader NU yang kuliah di perguruan tinggi yang pinter-pinter itu harus siap menggantikan kepemimpinan senior-seniornya. Dan NU harus terus maju menyuarakan islam rahmatan lil alamin,ā€ tambahnya.

Ia bercerita, awal tahun 1970-an kondisi perpolitikan memang sangat tidak menguntungkan NU sebagai salah satu partai politik. ā€œKetika itu Golkar sangat marjinal ke NU. Misalnya di Lampung waktu kampanye NU saya mau ditembak polisi. Tapi ini rahasia, jangan bilang siapa-siapa,ā€ katanya bercanda.

Karena itu PMII yang beranggotakan para kader muda NU yang sangat aktif melakukan manuver dengan menyatakan independen dari NU. Dengan cara itu aktivitas PMII lebih leluasa.

ā€œJadi independen itu sebenarnya hanya pura-pura saja. Itu langkah kita untuk menyelamatkan PMII waktu itu. PMII ya tetap NU, didirikan untuk menjaga kelestarian Ahlusssunnah wal Jama’ah (Aswaja) an-Nahdliyah,ā€ katanya.

Ditambahkan, saat ini dalam suasana politik yang lebih kondusif dan NU telah lepas dari aktivitas politik praktis, PMII tidak perlu ragu untuk kembali ke NU.

ā€œNU akan merangkul anak-anak muda. Ayo butuhnya apa! Lagi pula sekarang kan zamannya anak muda. Saya juga kalau bicara PMII terasa masih muda, dan alhamdulillah masih hidup sampai menjelang Harlah PMII yang ke-55. Ini yang penting!ā€ pungkasnya. (A. Khoirul Anam)