Nasional HARI SANTRI

Kiai Maruf Amin: Kemandirian Warisan Santri Ratusan Tahun

Jumat, 11 Agustus 2017 | 06:32 WIB

Jakarta, NU Online
Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Maruf Amin menyebut kemandirian sebagai identitas asli santri. Menurut Kiai Maruf, tema kemandirian ini bukan sesuatu yang baru, tetapi untuk penguatan bahwa santri itu mandiri.

Demikian Rais Aam PBNU KH Maruf Amin menanggapi tema Santri Mandiri, NKRI Hebat yang diusung Rabithah Ma‘ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI NU) pada acara peluncuran dan konferensi pers Hari Santri 2017 di lantai 8 Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (10/8) malam.

Santri, menurutnya, dari dulu diajar mandiri. Kemandirian ini juga diperintah oleh Rasulullah, “Kamu jangan menjadi beban orang”. Begitu juga dalam salah satu doa kita dengan menyebut wal afafah, yakni menjaga diri dari meminta-minta kepada orang.

Oleh karena itu, kata Kiai Ma’ruf, santri biasa hidup mandiri dan diajar hidup sederhana. Santri, juga sudah terbiasa hidup prihatin.

“Santri memang pantang meminta-minta, tapi kalau dikasih pantang menolak. Itu santri itu,” katanya diiringi tawa hadirin.

Jadi, kemandirian merupakan watak yang dari dulu diajarkan di pesantren. Kemandirian merupakan suatu keharusan supaya tidak menjadi beban negara dan bangsa. Lebih dari itu, santri harus berkontribusi untuk bangsa dan negara.

“Dari dulu, soal kontribusi itu, dari dulu santri berkontribusi (kepada bangsa dan negara),” katanya.

Tampak hadir pada acara ini Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Waketum PBNU Mochammad Maksum Machfoedz, Ketua PP RMI NU KH Abdul Ghofarrozin dan tamu undangan dari beberapa perwakilan kementrian. (Husni Sahal/Alhafiz K)