Nasional

LP Ma’arif NU Jelaskan Alasan Mundur dari POP Kemdikbud

Sabtu, 25 Juli 2020 | 09:15 WIB

LP Ma’arif NU Jelaskan Alasan Mundur dari POP Kemdikbud

Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU KH Arifin Junaidi. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online

Ketua Lembaga Pendidikan Ma’arif NU KH Arifin Junaidi menilai konsep Program Organisasi Penggerak (POP) yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tidak matang. Setidaknya ada tiga hal yang ia nilai berpotensi menjadi masalah besar dan menjadikan POP ini patut untuk dievaluasi.


Pertama, tidak jelasnya organisasi yang bisa mengajukan usulan untuk menjadi bagian dalam pelaksanaan program. Banyak organisasi yang tidak jelas dan tidak memiliki kredibilitas di bidang pendidikan yang lolos dalam program ini mulai dari semisal lembaga, paguyuban, organisasi alumni, zakat, budaya dan lain sebagainya. Menurutnya lebih banyak lembaga yang tidak jelas kredibilitasnya dari pada yang jelas. 


Kedua, prosedur seleksi menurutnya juga tidak jelas. Hal ini terlihat dari kurang konsistennya mekanisme rekrutmen dan terkesan menjadikan ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah sebagai legitimasi agar program ini tampak memiliki kualitas.


“LP Ma’arif NU punya prinsip jangan sampai meminta bantuan. Karena kalau minta berarti tangan kita di bawah. Yang dilakukan Ma’arif adalah kerja sama, karena tangan kita sejajar. Jadi Ma’arif NU tidak pernah menjajakan proposal permintaan. Kami buat proposal setelah pasti dan jelas kesepakatannya,” tegas pria yang karib disapa Kiai Arjuna ini, Sabtu (25/7).


Ketidakjelasan POP yang ketiga, lanjutnya, adalah efektivitas program yang harus dijalankan di tengah pandemi Covid-19 yang masih mewabah sampai saat ini. Berbagai program seperti workshop dan program lainnya harus dilaksanakan dalam waktu terbatas. Hal ini, tegasnya, tidak akan dapat dilaksanakan dengan maksimal.


“Ada workshop yang menelan biaya 1 M dan program jalan-jalan,” tambah Kiai Arjuna menyebut beberapa program yang ia sebut tidak peka terhadap situasi sulit yang sedang dialami bangsa.


Dengan dasar inilah, LP Ma’arif NU mengambil sikap untuk keluar dari program tersebut dan meminta Mendikbud untuk meninjau kembali program ini. Tapi nyatanya, Menteri Nadiem Makarim mengeluarkan kalimat bersayap yakni akan mengevaluasi POP namun meminta organisasi yang sudah lolos seleksi untuk terus dan optimis melaksanakan POP.


“Ini kan namanya abang-abang lambe (merah bibir atau tidak konsisten),” katanya.


Karena banyak ketidakjelasan dan tidak realistisnya program yang ada dalam POP ini, ia pun mengkhawatirkan program ini akan berujung pada hal buruk. Dengan keikutsertaan berbagai elemen organisasi yang tidak kompeten, ditambah tenggat waktu yang pendek dalam menjalankan program, Kiai Arjuna tidak ingin Ma’arif NU terseret dan terbawa dalam permasalahan yang akan muncul nantinya.


“Intuisi saya, kalau POP diteruskan akan menjadikan suram pendidikan kita,” ungkapnya saat menjadi pembicara utama pada Diskusi Publik Menyoal Merdeka Belajar dan Organisasi Penggerak Kemdikbud yang digagas oleh Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) via Zoom.


Pewarta: Muhammad Faizin

Editor: Fathoni Ahmad