Nasional

Mabadi Khaira Ummah Harus Jadi Watak Warga NU Tingkatkan Kemandirian Ekonomi

Jumat, 17 Maret 2023 | 09:00 WIB

Mabadi Khaira Ummah Harus Jadi Watak Warga NU Tingkatkan Kemandirian Ekonomi

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hj Alissa Qotrunnada Wahid saat menyampaikan sambutan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) Paripurna XIX BMTNU Jawa Timur, Kamis (16/3/2023). (Foto: Tangkapan layar Youtube BMTNU Jatim)

Sumenep, NU Online 
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hj Alissa Qotrunnada Wahid (Ning Alissa) mengatakan, untuk meningkatkan kemandirian ekonomi, warga NU harus memiliki lima watak yang disebut Mabadi Khaira Ummah, yakni amanah (al-amanah wal wafa bilahdi), as-shidqu, ta’awun, al-‘adalah, dan al-istiqamah.


Diceritakan, dulu NU dicap sebagai organisasi yang tidak bisa bekerja secara profesional. Stempel itu tidak benar, karena keberadaan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Nuansa Umat menjadi bukti dan contoh bahwa keberadaannya mampu mendorong kemandirian ekonomi umat.


“Pada tahun 1942 KH Mahfudz Siddiq melihat sebuah gejala bahwa urusan muamalah, dagang, ekonomi, dan kesejahteraan kurang diperhatikan dibandingkan dengan saudara lain. Bahkan ketika melihat warga NU yang dagang, warga sendiri memilih belanja pada yang lain. Berangkat dari inilah beliau meluncurkan gerakan Mabadi Khaira Ummah guna menumbuhkan watak yang baik saat mengembangkan kemandirian ekonomi warga,” ucapnya saat memberi sambutan di acara Rapat Anggota Tahunan (RAT) Paripurna XIX BMTNU Jawa Timur, Kamis (16/3/2023).


Menurutnya, jujur, bersikap adil, tekun, kerja sama, dan dapat diandalkan, bisa menghidupkan lima watak yang dicetuskan oleh KH Mahfudz Siddiq agar kemandirian dan kemaslahatan umat diraih. Sama halnya dengan pemerintah yang memiliki revolusi mental, yaitu ingin membuat bangsa memiliki etos kerja yang baik, punya semangat gotong royong, dan punya integritas.


“Ingat, tujuan didirikannya NU oleh muassis untuk kemaslahatan umat, terutama di bidang ekonomi,” ujarnya pada audien yang berkumpul di aula Graha NUansa Gapura, Sumenep, Jawa Timur.


Psikolog Indonesia asal Jombang ini menegaskan, kemandirian ekonomi umat di abad kedua telah dirumuskan oleh PBNU dengan dua tujuan dan program. Yakni, meningkatkan kapasitas ekonomi jamiyah dan menyejahterakan ekonomi warga.


“Berhubung BMTNU berangkat dari koperasi jamaah NU dan atas inisiatif Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura, pengurus harus menyusun langkah strategis agar BMTNU tidak lepas dari akarnya, yaitu NU,” pintanya.


Putri sulung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu mengutarakan, Muktamar ke-34 NU di Lampung memberikan amanah pada pengurus, yaitu membangun kemandirian umat dan berkhidmah bagi peradaban dunia. Dua mandat inilah diarahkan pada internal NU yang harus meningkatkan kemaslahatan jamaah.


“Diri sinilah cikal bakal tema ‘Merawat Jagat Membangun Peradaban’ yang kemudian dicanangkan menjadi tiga agenda besar, yaitu konsolidasi organisasi, meningkatkan layanan dan program bagi jamaah, dan NU hadir
ke panggung dunia,” ungkapnya.


Ning Alissa menegaskan, konsolidasi organisasi harus menggerakkan ekonomi, terciptanya keluarga maslahah an-Nahdliyah. Sedangkan peningkatan layanan dan program bagi jamaah harus meningkatkan khidmah bagi kemaslahatan bangsa.


“NU harus konsisten dan muncul di tengah-tengah masyarakat. Jika kemiskinan ekstrem melanda, maka NU hadir. Jika terjadi ketimpangan ekonomi, NU bersama pemerintah hadir guna mengurangi ketimpangan itu, termasuk problem kualitas SDM,” imbaunya.


Tak hanya itu, dunia internasional saat ini mengalami perubahan yang berlangsung cepat. Perubahan ini, kata dia, perlu diarahkan menuju peradaban dunia yang maju. Kendati umat Islam menjadi bagian yang cukup besar dalam peradaban dunia, NU harus hadir ke panggung dunia guna memberikan solusi dalam setiap persoalan internasional.


“Ketika kita datang ke luar negeri, yang menjadi teladan adalah umat Islam di Indonesia yang mempertahankan nilai-nilai luhur. Jika kita dibutuhkan dunia, kita harus siap. Karena tulang punggung Indonesia adalah NU,” tandasnya.


Kontributor: Firdausi
Editor: Syamsul Arifin