Nasional MUKTAMAR PEMIKIRAN SANTRI

Manfaat Media Digital untuk Pengembangan Pesantren

Jumat, 9 Oktober 2020 | 20:35 WIB

Manfaat Media Digital untuk Pengembangan Pesantren

Semua kegiatan di Pesantren Bina Insan Mulia, termasuk upacara HUT RI disyiarkan di media sosial. (Foto: Bina Insan Mulia)

Jakarta, NU Online

Media digital merupakan sarana penting dalam mensyiarkan pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan. Hal ini dirasakan betul oleh Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia Cirebon KH Imam Jazuli. Pesantrennya yang cukup sulit dijangkau dengan kendaraan umum itu membutuhkan upaya khusus untuk mengenalkannya. Media digital menjadi pilihan paling tepat dalam hal ini.

 

"Saya membuka Media Center Pesantren, satu tim khusus yang membidangi bidang media yang mengkomunikasikan pihak pesantren dengan wali santri ataupun dengan pihak publik di mana konten yang disiapkan ada bentuk narasi, foto, video yang isinya adalah hal-hal yang kegiatan tentang pesantren," katanya saat menjadi narasumber pada Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2020 dengan tema Pesantren dan Tantangan Media Digital, Jumat (9/10).

 

Konten-konten yang dibuatnya tersebut disebarkan melalui berbagai platform media sosial agar semakin banyak masyarakat yang mengenalnya.

 

Tidak hanya kegiaan para santri, media juga menjadi ajang untuk menunjukkan prestasi mereka. Hal ini sempat menjadi bahan pembicaraan atau anomali di kalangan pesantren sendiri mengingat kebiasaan masyarakat pesantren tidak mengungkapkan keunggulannya ke hadapan publik.

 

"Ada kegelisahan tidak pantas atau enggak. Ya tapi bismillah aja gitu. Ini pesantren baru (didirikan 2013). Kalau tidak perkenalkan prestasi yang kita dapatkan ya bagaimana mereka mengenal pesantren ini," katanya.

 

Hasil promosi prestasi santri

Pada kali pertama didirikan, jumlah santri pesantren yang diasuhnya berjumlah 36. Selang tujuh tahun, santrinya berjumlah lebih dari 2.000. Bahkan, pendaftaran santri pun sudah dimulai sejak dua bulan penerimaan santri baru. Dua bulan pembukaan, pendaftaran sudah ditutup karena hanya menerima 1.000 pendaftar.

 

"Kita mengenalkan proses seleksi dengan menggunakan media sosial, respons publik itu luar biasa mereka lebih mengenal Pesantren Bina Insan Mulia ada ketertarikan dengan program, dengan sistem, dengan metode, dengan fasilitas yang saya sampaikan," kata kiai yang menamatkan studi sarjananya di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu.

 

Hal ini, menurutnya, sangat memudahkan pengenalan pesantren sehingga Pesantren Bina Insan Mulia tidak pernah membuat brosur atau banner yang dipasang di jalan-jalan, hanya menggunakan media sosial saja. Meskipun demikian, hal tersebut justru lebih dahsyat mengingat persebaran santrinya berasal dari hampir seluruh wilayah di Indonesia, dari Papua sampai Sumatera.

 

"Setelah kita survei, kita cek hampir 95 persen yang mendaftarkan ke Pesantren Bina Insan Mulia ini mereka mendapatkan informasinya dari media sosial, sisanya itu mendapat informasi dari wali santri lain," katanya.

 

Dakwah digital

Media digital juga bukan sekadar menjadi ajang promosi pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan. Lebih dari itu, Nyai Umdatul Baroroh menegaskan bahwa media digital juga menjadi wasilah (perantara) untuk mentransformasikan keilmuan, tradisi, dan nilai-nilai pesantren sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat.

 

Dulu, katanya, dakwah tafaqquh fiddin hanya bisa disampaikan melalui mimbar-mimbar ceramah. Namun di era ini, mimbar itu tersedia di genggaman tangan. "Hari ini ternyata kita mengalami ada lompatan di mana media itu ternyata ya bisa dengan menggunakan media online baik itu media sosial atau media digital yang lainnya," katanya.

 

Oleh karena itu, ia mengingatkan bahwa hal tersebut perlu disadari bersama oleh masyarakat pesantren. Kepentingan dakwah melalui media digital ini bukan hanya di masa pandemi, tetapi juga terus ke depan.

 

"Ini harus menjadi titik tolak membangun kesadaran itu bahwa ke depan memang pendidikan pesantren juga dakwahnya itu harus dilakukan dengan menggunakan media-media yang berbasis digital ini, tidak mungkin hanya berbasis pada media yang tatap muka langsung seperti dulu," tegas Direktur Pusat Studi Pesantren dan Fiqh Sosial itu.

 

Sementara itu, Direktur NU Online Savic Ali menyampaikan bahwa santri selama dua tahun terakhir sudah cukup aktif dan baik dalam memanfaatkan media sosial. "Menurut saya kalau santri sudah cukup bagus memanfaatkan media sosial hari ini dua tahun terakhir itu sudah banyak sekali aktif di media sosial sehingga publik umum mengenal dunia pesantren, dunia santri, pemikirannya atau lebih khusus mengenal NU," katanya.

 

Ia menegaskan bahwa media sosial memiliki pengaruh yang cukup kuat dalam beberapa tahun ini sehingga sangat disayangkan jika kalangan pesantren tidak memanfaatkannya. Pasalnya, jangkauannya sangat luas, bukan hanya di kampungnya, tetapi juga luar kota, provinsi, bahkan hingga luar negeri.

 

"Sosial media adalah tool yang luar biasa untuk bisa menjangkau banyak sekali orang dengan upaya dan biaya yang sangat-sangat rendah," katanya.

 

Pewarta: Syakir NF
Editor: Kendi Setiawan