Nasional

Mantan Ketua HTI Sebut Landasan Berpikir HTI bukan Al-Qur'an dan Hadits

Senin, 25 November 2019 | 15:30 WIB

Mantan Ketua HTI Sebut Landasan Berpikir HTI bukan Al-Qur'an dan Hadits

Halaqah kebangsaan Lakpesdam NU Subang (Foto: NU Online/Ais Luthfi)

Subang, NU Online
Gerakan Hizbut Tahrir Indonesia yang selama ini terkesan punya ambisi ingin mendirikan khilafah di Indonesia selalu mengklaim perjuangannya itu berdasarkan Al-Qur'an dan hadits, padahal sebenarnya landasan berpikir mereka adalah akalnya sendiri, adapun Al-Qur'an dan hadits hanya dijadikan sebagai alat untuk memenuhi keinginan akalnya.
 
Pernyataan ini disampaikan oleh mantan Ketua HTI Bangka Belitung, Ayik Heriansyah saat mengisi kegiatan 'Halaqah dan Bedah Buku Daulah Islamiyah' yang diprakarsai oleh Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kabupaten Subang, Jawa Barat di Pesantren Pagelaran 3 Desa Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Subang Sabtu (23/11).
 
"Misalnya saja Hizbut Tahrir itu menolak hadits ahad, padahal dalam hadits ahad banyak mengandung ajaran akidah, contohnya tentang hadits syafaat nabi, siksa kubur, munculnya Dajjal, dan lain sebagainya," ujarnya di depan ratusan peserta yang memadati aula Pesantren Pagelaran 3.
 
Dalam kegiatan yang mengusung tema 'Khilafah, Tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah' itu, Kang Ayik menegaskan bahwa khilafah tidak perlu diterapkan di Indonesia karena Indonesia sudah masuk kategori Darul Islam yang di dalamnya dipimpin oleh orang Islam dan ada kebebasan bagi umat Islam untuk menjalankan ibadahnya.
 
"Bahkan di Indonesia, negara memfasilitasi dan melindungi umat Islam untuk beribadah dan bermuamalah sesuai syariah," tandasnya.
 
Ketua Pengurus Cabng Lembaga Ta'lif wan Nasyr Nahdlatul Ulama (LTNNU) Kota Bandung ini memberikan klarifikasi untuk sebagian pihak yang menuduh bahwa NU anti syariat Islam karena menolak sistem khilafah, menurutnya NU tidak mungkin menolak syariat Islam karena ruh NU sendiri adalah Islam.
 
Ditambahkan, persoalan NU yang menerima PBNU (Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945) adalah bagian dari strategi NU untuk memberikan kebebasan bagi umat Islam Indonesia dalam menjalankan ajaran Islam secara merdeka tanpa perang, kekerasan, dan disintegrasi bangsa.
 
"Sebagaimana ketika Rasulullah menerima perjanjian damai Hudaibiyah yang seolah merugikan Islam, namun kenyataannya dari sanalah titik balik menyebarnya Islam tanpa perang dan senjata," ungkapnya.
 
Kang Ayik pun mengajak kepada para mantan anggota HTI untuk merapat kepada para kiai NU setempat agar bisa mengkaji ajaran Islam secara rutin sehingga bisa mendapat pemahaman Islam yang komprehensif dan mendalam, karena jika tidak rutin mengikuti kajian kiai NU tidak akan mendapat pemahaman tentang siyasah islamiyah.
 
"Sebab bab siyasah itu ada di akhir kitab, kalau di awal itu babnya taharah, shalat, zakat, haji, dan sebagainya, adapun bab siyasah ada di akhir kitab sehingga kalau ngajinya sekali dua kali tidak akan ketemu," bebernya.
 
Ketua Lakpesdam NU Subang Asep Alamsyah HD berharap kepada para peserta agar tetap istiqamah mengikuti ajaran Aswaja Annahdliyah sehingga tidak tergiur dengan ajakan dan propaganda berkedok agama yang disebarkan oleh HTI.
 
"Mudah-mudahan para santri, khususnya di wilayah Subang Selatan ini menjadi tercerahkan wawasannya mengenai konsep khilafah yang digaungkan oleh kelompok HTI sehingga wawasan kebangsaan tetap terjaga," pungkasnya
 
Dalam kegiatan diskusi panel ini, turut hadir pula penulis buku Daulah Islamiyah, Gus Muhammad Najih Arromadloni yang membeberkan konsep khilafah dalam tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah.
 
Kontributor: Aiz Luthfi
Editor: Abdul Muiz