Nasional

Mendikbud Tekankan Pentingnya Peran Besar Ulama NU dalam Sejarah

Kamis, 22 April 2021 | 13:25 WIB

Mendikbud Tekankan Pentingnya Peran Besar Ulama NU dalam Sejarah

Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Mendikbud Nadiem Makarim, dan Sekjen PBNU HA Helmy Faishal Zaini (kanan ke kiri) di kantor PBNU Jalan Kramat Raya 164 Jakarta. (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Nadiem Anwar Makarim menekankan pentingnya peran dan perjuangan ulama Nahdlatul Ulama untuk bangsa Indonesia. Hal itu ia tekankan saat berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) untuk bertabayun soal kontroversi buku Kamus Sejarah Indonesia terbitan Kemendikbud yang tidak mencantumkan Pendiri NU KH Hasyim Asy'ari.


"Kamus sejarah dan tokoh-tokoh sejarah ini merupakan adalah identitas Indonesia. "Kita tidak tahu Indonesia akan dibawa ke mana kalau tidak mengetahui kita datangnya dari mana," ungkap Nadiem, Kamis (22/4) saat jumpa pers bersama Sekjen PBNU HA Helmy Faishal Zaini dan Direktur Wahid Foundation Hj Yenny Wahid.


Nadiem menyampaikan komitmen kementerian yang dipimpinnya terhadap para tokoh dan pendiri NU. Setidaknya, menurut dia, hal itu terlihat atas pendirian Museum Islam Indonesia KH Hasyim Asy'ari di Jombang yang dilakukan oleh Kemendikbud. 

 

"Kemendikbud juga mempublikasikan buku mengenai KH Hasyim Asy'ari sehingga hal ini merupakan suatu hal yang kami dukung dan komitmen kami terhadap NU," tegasnya.


Mendikbud juga ingin memastikan bahwa kesalahan seperti ini tidak akan terjadi lagi karena pihaknya akan melakukan proses penyaringan konten terhadap buku-buku yang dipublikasikan.


"Apalagi buku-buku sejarah, itu adalah pesan saya kepada tim saya. Mulai sekarang, di masa saya, ini tidak boleh terjadi lagi. Apalagi terkait isu sejarah, itu harus ada panelnya, harus ada sejarawannya, organisasi masyarakat terlibat, dan lain-lain," kata Nadiem.


Sebelumnya, Kamus Sejarah Kemendikbud yang pertama kali diproduksi tahun 2017 itu diprotes oleh masyarakat, terutama warga NU karena tidak mencantumkan Pahlawan Nasional KH Hasyim Asy'ari, juga tidak mencantumkan Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Padahal di sampul Jilid I terpampang foto Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari.


Di saat yang sama, kamus tersebut mencantumkan Amien Rais dan Abu Bakar Ba'asyir. Kamus Sejarah Indonesia terdiri atas dua jilid. Jilid I Nation Formation (1900-1950) dan Jilid II Nation Building (1951-1998).


Dalam kamus tersebut, nama Gubernur Belanda HJ Van Mook justru dimasukkan. Diceritakan Van Mook lahir di Semarang 30 Mei 1894 dan meninggal di L’llla de Sorga, Perancis 10 Mei 1965. Tentara dan intelijen Jepang Harada Kumaichi juga dimasukkan dalam kamus. Tokoh lain yang justru ditemukan adalah tokoh komunis pertama di Asia Henk Sneevliet.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Kendi Setiawan