Nasional

Mengapa Stres Bikin Gampang Sakit? Ini Penjelasannya

Rabu, 9 Februari 2022 | 22:30 WIB

Mengapa Stres Bikin Gampang Sakit? Ini Penjelasannya

Ilustrasi orang yang stres sedang merenung di tepi danau.

Jakarta, NU Online
Di tengah laju kenaikan signifikan kasus Covid-19 di Indonesia, penting bagi seseorang untuk bisa mengelola stres dan cemas dengan benar. Stres dan cemas berlebih memicu penurunan imunitas tubuh. Saat stres dan cemas terjadi, antibodi berproduksi secara lambat sehingga tubuh seseorang akan lemah dan gampang terkena infeksi, termasuk infeksi Covid-19.


Hal ini disampaikan oleh Ketua Satuan Tugas (Satgas) Nahdlatul Ulama (NU) Peduli Covid-19, dr Muhammad Makky Zamzami, saat dihubungi NU Online pada Rabu (9/2/2022).


Dokter Makky menjelaskan, hormon stres dapat menekan jumlah hormon endorfin pada tubuh. Hal ini tak bisa dibiarkan berlarut lama, karena dapat mengganggu keseimbangan tubuh.


“Secara hormonal, hormon stres itu bisa menekan hormon endorfin kita. Hormon endorfin adalah hormon yang memunculkan kebahagiaan. Jadi, orang-orang kalau terlalu stres, itu hormon endorfinnya berkurang, padahal endorfin yang bisa membantu meningkatkan imun kita,” paparnya.


Selain mengurangi efek buruk dari stres dan rasa sakit, lanjut dr Makky, meningkatnya jumlah hormon endorfin dalam tubuh juga dapat menambah nafsu makan.


Selaras, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Nahdlatul Ulama (ARSINU) periode 2016-2021 dr Zulfikar As’ad mengatakan bahwa mengelola stres dengan baik selama pandemi merupakan salah satu kunci meningkatkan kekebalan tubuh dari penyakit.


Dokter Zulfikar mengatakan, stres dapat muncul dari pikiran negatif yang berlebihan. Hal tersebut akan sangat mengganggu seseorang, karena dapat memupus optimisme dan semangat untuk menjalankan aktivitas.


“Orang mau makan karena dia punya keyakinan akan sembuh. Berarti kan, dia positive thinking. Maka itu akan sembuh. Sebaliknya ketika negative thinking, itu yang tidak menjadikan sembuh. Padahal bersikap optimis akan mengobati sendiri,” paparnya.


Cara mengelola stres
Dokter Makky menyampaikan, kunci untuk tidak stres berlebih selama masa pandemi adalah dengan menanamkan sikap tawakal atau berserah diri. Ia mengatakan, tawakal tersebut harus diiringi dengan keinginan dan usaha untuk sehat fisik dan psikis.


“Caranya, pasrah dan tawakal. Bahwa kita sudah melaksanakan semampu kita, ujungnya tinggal berserah diri. Dan kita berbahagia saja. InsyaAllah ada jalan dan solusinya,” terang Dokter Makky.


Dokter Zulfikar turut menyatakan hal serupa. Menurut dia, bertawakal merupakan wujud seseorang menerima takdir Allah. Hal itu akan lebih membuat seseorang menjadi tenang dan terhindar dari bahaya stres.


“Sebagai umat beragama, kita kembalikan apapun yang terjadi. Tidak ada kejadian yang di luar pengetahuan Allah. Kita yakin bahwa kita berusaha dan berikhtiar, maka kita kembalikan kepada Allah,” urainya.


“Dengan berusaha dan berikhtiar, kita juga harus bertawakal. Kalau sudah berusaha dan tidak berhasil, itu wujud kita menerima takdir dari Allah,” sambung Dokter Zulfikar.


Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), ada beberapa cara lain yang untuk mengatasi stres yakni, berolahraga teratur dan tidur cukup.


Kontributor: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Musthofa Asrori