Nasional

Mengenal Pertandingan Pencak Silat Nomor Tanding dan Seni, Begini Penilaiannya

Sabtu, 21 Januari 2023 | 10:30 WIB

Mengenal Pertandingan Pencak Silat Nomor Tanding dan Seni, Begini Penilaiannya

Ilustrasi pendekar pencak silat NU Pagar Nusa. (Foto: NU Online/Suwitno)

Surakarta, NU Online

Salah satu cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan dalam Pekan Olahraga dan Seni Nahdlatul Ulama (Porseni NU) 2023 di Solo adalah pencak silat. Cabor ini memiliki dua jenis atau nomor yaitu tanding dan seni. Keduanya tentu memiliki penilaian masing-masing. 


Delegasi Teknik Pencak Silat Porseni NU 2023 Hamid Buhori menjelaskan berbagai larangan dan kebolehan dalam cabor pencak silat nomor tanding.


Titik yang boleh diserang oleh pesilat terhadap lawannya adalah bagian tubuh di bawah leher dan di atas pusar. Bagian leher ke atas dan kemaluan merupakan spot yang dilarang untuk diserang. 


Kaki dan tangan juga boleh diserang, tetapi tidak ada nilainya. Kedua anggota tubuh itu hanya boleh diserang hanya sebagai perantara. Misalnya, kaki dan tangan itu ditangkap sebagai perantara untuk membanting tubuh lawan. 


Bagian tangan walaupun bukan merupakan bagian tubuh yang bisa diserang tetapi kerap digunakan untuk menangkap dan menangkis.


"Tapi itu tidak ada nilainya, yang ada nilainya adalah serangan langsung ke arah badan," ungkap Hamid Buhori saat ditemui NU Online, di sela-sela pertandingan Pencak Silat Porseni NU 2023 di Sport Hall Tirtonadi, Surakarta, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.


Serangan yang dilakukan ke arah bagian atas leher akan dinilai sebagai pelanggaran berat, sehingga bisa berdampak pada pengurangan nilai sampai 5 poin. 


Ada juga pelanggaran-pelanggaran ringan yaitu saat pemain atau pesilat lari keluar gelanggang. Jika ada yang melakukan itu maka wasit juri akan membina satu lagi, tetapi apabila hal itu kembali dilakukan maka pesilat akan mendapat pengurangan nilai 1 poin.


Hamid Buhori lantas menjelaskan jumlah poin yang bisa didapat pemain atau atlet pencak silat di nomor tanding, yakni pukulan bernilai 1 poin, tendangan 2 poin, dan berhasil menjatuhkan lawan akan diganjar 3 poin.


Berdasarkan Peraturan Pertandingan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) 2012, jika ada atlet yang mampu memunahkan serangan lawan lalu memasukkan pukulan atau tendangan, bahkan bisa menjatuhkan lawan, maka akan ada nilai tambahnya. 


"Misalnya kalau dengan pukulan berarti 1 plus 1, kalau tendangan 1 plus 2, kalau menjatuhkan lawan 1 plus 3," jelas Hamid Buhori, salah seorang Pengurus Lembaga Wasit dan Wasit Juri Pimpinan Pusat Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa itu.


Namun, Peraturan Pertandingan IPSI 2012 itu peraturan lama. Sementara untuk peraturan yanh terbaru, tidak ada satu plus, tetapi langsung penilaian. Kalau pukulan mendapat nilai 1, tendangan dapat nilai 2, dan menjatuhkan lawan memperoleh nilai 3. 


Penilaian untuk pencak silat di nomor seni

Fitri Diana dkk dalam buku Panduan Pencak Silat Seni Tunggal (2020) menjelaskan bahwa pencak silat seni adalah pertandingan yang menampilkan pesilat, baik individu maupun kelompok, dengan memperagakan kekayaan teknik dan jurus dalam pencak silat secara etis, efektif, estetis, dan ksatria.


Hamid Buhori menjelaskan bahwa IPSI membagi nomor seni pencak silat menjadi tiga kategori yakni tunggal, ganda, dan regu. Lalu pada Porseni NU 2023 ini ditambahi kategori khusus yaitu seni khusus atau jurus baku Pagar Nusa perorangan dan berpasangan yang menampilkan jurus-jurus Pagar Nusa. 


"Penilaian untuk yang jurus baku Pagar Nusa, jurus tunggal dan jurus regu, itu dari kebenaran gerak. Jadi ketika geraknya salah, baru dikurangi 1. Ketika dia bergerak, gerakannya betul dibiarkan. Tapi kalau gerakannya salah, dikurangi 1," jelas Hamid.


Ada juga penilaian soal waktu penampilan yang dijatah atau dibatasi 3 menit, tidak boleh kurang atau lebih. Jika lebih atau kurang dari 3 menit maka akan ada pengurangan nilai.


"Ketika lebih dari 5-15 detik akan dikurangi 10. Kalau yang jurus baku Pagar Nusa, pengurangannya per detik. Setiap 1 detik dikurangi 1. Itu untuk penilaiannya," jelas Pria kelahiran Sidoarjo, 9 Januari 1971 itu.


Selain kebenaran jurus dan gerak, ada yang disebut juga penghayatan dan stamina. Hal ini masuk ke dalam penilaian karena terkait dengan olahraga. Sebab olahraga dapat membina tubuh seorang pesilat agar tetap sehat, kuat, dan mampu bertahan sehingga stamina dan penjiwaan gerak menjadi sesuatu yang penting dalam penilaian.


"Tapi yang paling besar adalah masalah kebenaran jurus dan kekayaan teknik. Itu yang paling besar nilainya," pungkas Hamid Buhori.


Pewarta: Aru Lego Triono

Editor: Fathoni Ahmad