Nasional

Meski Kondisi Tak Stabil, KH Miftachul Akhyar Istikamah Ngaji Syarah Al-Hikam

Sabtu, 6 Januari 2024 | 21:00 WIB

Meski Kondisi Tak Stabil, KH Miftachul Akhyar Istikamah Ngaji Syarah Al-Hikam

KH Miftachul Akhyar saat ngaji kitab Syarah Al-Hikam. (Foto: Tangkapan layar Youtube Multimedia KH Miftachul Akhyar)

Jakarta, NU Online 
Rais 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar istikamah merawat majelis pengajian kitab Syarah Al-Hikam. Majelis ilmu ini berlangsung satu minggu sekali, setiap hari Jumat menjelang waktu Ashar. Pengajian diikuti oleh para santrinya dan masyarakat sekitar Pesantren Miftachus Sunnah, pondok yang diasuhnya.


Pada Jumat (5/1/2024), pengajian Syarah Al-Hikam ini terhitung dalam pertemuan yang ke-64. KH Miftachul Akhyar sedari awal memulai pengajian terlihat kondisi kesehatannya tidak stabil, pilek, suaranya berubah, dan sesekali batuk. Di saat menjelaskan makna yang terkandung dalam kitab yang dibaca, Kiai Miftach, sapaan akrabnya, terlihat sering kali mengambil tisu membersihkan hidungnya yang mengeluarkan cairan atau lendir.


"Agak flu. Kulo (saya) agak batuk, jadinya sedikit saja ngajinya," katanya kepada jamaah di saat hendak menutup pengajian.


Pengajian Kiai Miftach pada kesempatan kali ini berlangsung sekitar satu jam setengah. Durasinya memang lebih pendek. Karena bila dibandingkan dengan pertemuan sebelum-sebelumnya di saat kondisinya stabil, pengajian ini hampir berlangsung dua jam.


Pengajian selalu diawali dengan istighotsah sekaligus doanya dipimpin salah satu jamaah. Selesai istighotsah, Kiai Miftach kemudian memasuki ruangan dan duduk di kursi yang telah disediakan. Selanjutnya, ia memulai membacakan Syarah Al-Hikam melanjutkan pertemuan sebelumnya. Pun demikian dengan pertemuan kali ini. 


Kiai Miftach berharap kepada para jamaahnya, meski dalam kesempatan ini pertemuan berlangsung lebih cepat, namun jamaah tetap harus mengupayakan ada keterangan-keterangan dari Syarah Al-Hikam yang dapat diamalkan agar menjadi manusia yang terus berbenah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.


"Tapi yang penting mudah-mudahan hasilnya. Yang penting ada yang bisa diamalkan," ucap pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini.


Di ujung pertemuan sebelum memimpin doa, Kiai Miftach kerap kali membuka sesi pertanyaan kepada jamaahnya. Jamaah yang memiliki pertanyaan, biasanya menuliskan di kertas, lalu diberikan kepada salah seorang jamaah untuk dibacakan. Namun, pada pertemuan ini setelah Kiai Miftach menanyakan terkait kemungkinan adanya pertanyaan, tak ada jamaah yang bertanya.


"Ada pertanyaan? Satu atau dua nggak apa-apa. Mboten wonten ada nggeh (tidak ada ya)? cekap nggeh (cukup ya)?" tanya Kiai Miftach. "Nggeh (iya)," terdengar jamaah menimpali.