Nasional

Munajat untuk Sembuh dari Covid-19: Testimoni Seorang Penyintas

Jumat, 25 September 2020 | 10:00 WIB

Munajat untuk Sembuh dari Covid-19: Testimoni Seorang Penyintas

Suwendi, alumni Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon, penyintas Covid-19. (Foto: Dok. Pribadi)

Pada tanggal 7 September 2020, berdasarkan hasil tes swab dari Laboratorium Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya dinyatakan positif Covid-19. Kenyataan ini menjadi pelajaran yang berharga untuk terus menggali dan mencari tahu tentang apa, mengapa, bagaimana tentang Covid-19. Tak terkecuali, upaya apa saja yang memungkinkan dilakukan sebagai bagian dari penyembuhan dari Covid-19.


Bersyukur kepada Allah SWT, tim dokter yang bertugas di klinik kantor dan dokter Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta senantiasa mendampingi, memberikan saran dan resep beberapa obat dan langkah yang dilakukan. Pendampingan tim ini menjadi kenyamanan tersendiri, sebagai tempat untuk konsultasi serta menggali sumber-sumber referensi dan regulasi terkait Covid-19.


Dinyatakan bahwa langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyampaikan informasi hasil tes swab positif Covid-19 kepada otoritas masyarakat setempat, yakni ketua RT, ketua RW, dan Puskesmas terdekat dari tempat tinggal. Dengan segala konsekuensi kemungkinan terjadi “kegaduhan” di lingkungan masyarakat, hal ini mutlak dilakukan. Memang, pernah terjadi keraguan yang disebabkan bukan karena ketidaksiapan keluarga akan kenyataan ini, tetapi karena mempertimbangkan munculnya “kegaduhan” dan kepanikan masyarakat. Namun, hal ini sirna karena terpikir bahwa cepat atau lambat pasti akan ketahuan juga. Maka, upaya mendeklarasikan diri sebagai penderita Covid-19 dan menyampaikan informasi kepada publik, terkhusus di lingkungan yang sering berinteraksi dan kontak fisik dengan saya, secara bulat dilakukan. 


Saya sendiri termasuk penderita Covid-19 dengan tanpa gelaja, terkategori sebagai OTG (Orang Tanpa Gejala). Tidak ada batuk, pilek, demam dan lain-lain yang dirasakan, namun dapat menularkan kepada orang lain. Sang dokter pun menganjurkan saya untuk melakukan isolasi mandiri, berkurung di rumah dengan tidak melakukan kontak fisik dengan siapa pun termasuk anggota keluarga di rumah. 


Pasca isolasi mandiri selama 14 (empat belas) hari, yakni mulai tanggal 8 hingga 22 September 2020, saya melakukan tes swab. Bersyukur kepada Allah, hasil tes swab yang dilakukan di laboratorium Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, per tanggal 22 September 2020 saya dinyatakan telah negatif dari Covid-19. Ini merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bersyukur sehingga dapat dinyatakan telah sembuh. 


Tulisan ini lahir dari dorongan bahwa sungguh ada sekian banyak orang yang telah terinfeksi dan positif Covid-19. Mereka semua adalah orang-orang yang sedang berjuang melawan Covid-19. Mereka perlu diselamatkan, perlu dimotivasi, diedukasi, serta diberi empati dan doa oleh kita semua. Semoga bisa segera sembuh dan sehat kembali, seperti sedia kala. Oleh karenanya, tulisan ini lebih diorientasikan terutama untuk saudara-saudara kita itu, namun tidak menutup kemungkinan bagi siapapun yang sehat, siapa tahu ada kemanfaatan darinya.


Selama masa isolasi, beberapa upaya lahir dan batin dilampaui. Untuk beberapa upaya itu, testimoni saya telah ditulis dan dimuat di Republika Online. Dalam testimoni itu, saya nyatakan bahwa itu adalah pengalaman pribadi dan tidak berpretensi untuk mewakili keabsahan secara akademik-ilmiah. Sekurang-kurangnya, untuk berbagi pengalaman dan memenuhi beberapa kawan-kawan yang memintanya agar ditulis. 


Secara garis besar, upaya itu dilakukan menjadi 4 (empat). Pertama, aktivitas fisik, seperti berjemur, menjaga protokol kesehatan di dalam rumah, dan beraktivitas lainnya. Kedua, mengkonsumsi obat, ramuan, dan terapi air garam dan minyak kayu putih. Ketiga, menenangkan hati dan berpikir positif, serta ikhlas. Keempat, beribadah dan berdoa. 


Tulisan pada bagian ini akan fokus pada poin keempat, terutama doa yang dilakukan selama isolasi. Ayat Al-Qur’an dan doa apa saja yang dimunajatkan dan bersumber dari mana saja, saya coba untuk tulis sepanjang pihak-pihak terkait memperkenankannya. 


Pertama, ayat Al-Qur’an yang sering dibaca adalah Surat Al-Muluk atau yang biasa dikenal dengan surat Tabarak. Surat Al-Muluk ini hampir rutin dibaca, terutama setelah shalat fardhu. Inspirasi membaca surat ini adalah uraian salah seorang kiai Nahdlatul Ulama yang menyampaikan bahwa Surat Al-Muluk ini memiliki keutamaan yang amat dahsyat, di antaranya yang dijelaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, sebagai berikut:


يُؤْتَى الرَّجُلُ فِيْ قَبْرِهِ فَتُؤْتَى رِجْلَاهُ فَتَقُوْلُ رِجْلَاهُ: لَيْسَ لَكُمْ عَلَى مَا قِبَلِيْ سَبِيْلٌ، كَانَ يَقُوْمُ يَقْرَأُ بِيْ سُوْرَةَ الْمُلْكِ، ثُمَّ يُؤْتَى مِنْ قِبَلِ صَدْرِهِ ـ أَوْ قَالَ: بَطْنِهِ ـ فَيَقُوْلُ: لَيْسَ لَكُمْ عَلَى مَا قِبَلِيْ سَبِيْلٌ، كَانَ يَقْرَأُ بِيْ سُوْرَةَ الْمُلْكِ، ثُمَّ يُؤْتَى رَأْسُهُ فَيَقُوْلُ: لَيْسَ لَكُمْ عَلَى مَا قِبَلِيْ سَبِيْلٌ، كَانَ يَقْرَأُ بِيْ سُوْرَةُ الْمُلْكِ


 قَالَ: فَهِيَ الْمَانِعَةُ تَمْنَعُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَهِيَ فِيْ التَّوْرَاةِ: سُوْرَةُ الْمُلْكِ ـ مَنْ قَرَأَهَا فِيْ لَيْلَةٍ فَقَدْ أَكْثَرَ وَأَطْيَبَ 


Artinya: “Seseorang dalam kuburannya didatangi. Ia didatangi pada kedua kakinya. Maka kedua kakinya berkata: Tidak ada jalan bagi kalian lewat saya. Karena dia biasa shalat malam denganku membaca surat Al-Mulk. Kemudian ia didatangi melalui dada, atau dikatakan melalui perutnya. Maka perut atau dada berkata: Kalian tidak ada jalan melalui saya. Karena dia biasa membaca surat Al-Mulk. Kemudian ia didatangi melalui kepalanya. Kepala berkata: Kalian tidak ada jalan melalui saya. Sebab dia biasa membaca surat Al-Mulk denganku.” Ibnu Masud berkata melanjutkan: “surat Al-Mulk adalah penghalang yang menghalangi seseorang dari azab kubur. Surat Al-Mulk ini dalam Taurat dikatakan: Barangsiapa membacanya pada suatu malam maka dia telah memperbanyak pahala dan memperbagusnya” (HR Al-Hakim).


Selain itu, saya sangat terkesan dengan testimoni salah seorang kawan yang belum lama ini ditinggal wafat oleh istrinya. Di antara testimoni yang sangat terkesan adalah pengakuan sang kawan terhadap kebiasaan almarhumah yang senantiasa membaca surat Al-Mulk terutama di setiap shalat malamnya. Meski kesan ini diungkap melalui media sosial oleh sang kawan itu, namun bagi saya terdapat pelajaran yang sangat bermakna. Betapa Surat Al-Mulk itu menyiratkan kesan positif yang sangat mendalam bagi orang yang sehat dan masih hidup.


Memang, agak susah untuk menjelaskan hubungan sumber-sumber inspirasi ini dengan keyakinan saya yang kemudian menggerakkan untuk membiasakan membaca Surat Al-Muluk ini, kecuali hanya satu bahwa Al-Qur’an itu memiliki keajabian dan berharap agar keajabaian Al-Qur’an, terutama melalui Surat Al-Muluk itu, berdampak untuk kesehatan diri saya dan keluarga serta menyelamatkannya dari Covid-19 ini.


Kedua, doa-doa yang diberikan dan diijazahkan. Ketika saya mendeklarasikan diri sebagai penderita Covid-19, ada banyak “tangan-tangan Tuhan” yang berempati dan berbagi. Ada yang berbentuk ungkapan, harapan, motivasi, obat, buah-buahan, dan lain-lain, serta yang tak kalah pentingnya adalah doa.


Salah seorang kawan manyampaikan salah satu doa yang diperolehnya dari sang gurunya dan diyakini memiliki karomah yang sangat tinggi, yakni KH Muhammad Thahir atau yang lebih kenal dengan Imam Lapeo, murid dari Sayyid Alwi al-Maliki, yang menyebarkan Islam di tanah Jazirah Mandar, Sulawesi Barat. Beliau menuliskannya di atas secarik kertas dan difotonya lalu dikirim via WA ke saya. Doa yang kemudian diketahui berupa hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi itu dianjurkan untuk selalu dibaca dalam setiap kesempatan. Doa dimaksud adalah sebagai berikut. 


 بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلَا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ 


“Dengan nama Allah Yang Mahaagung, tidak ada sesuatu pun yang ada di bumi maupun yang ada di langit yang dapat berbahaya bersama nama Allah. Dia adalah Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”


Selain doa yang bersumber dari hadits di atas, terdapat 2 (dua) rangkaian doa yang diijazahkan langsung dari salah seorang pembimbing saya, yakni Prof. Dr. KH. Ahmad Thib Raya, MA, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan seizinnya, bacaan-bacaan doa yang terdiri atas dua rangkaian doa ini telah diikhlaskan untuk disampaikan kepada khalayak. Kedua rangkaian doa ini dilantunkan terutama setelah shalat lima waktu.

 


Adapun bacaan doa dimaksud adalah sebagai berikut.


Pertama, doa terhindar dari semua makhluk yang membahayakan, di antaranya virus Corona. Doa ini sekurang-kurangnya dibaca sebanyak 3 kali pagi selesai salat subuh, 3 kali sore usai salat Magrib, dan 1 kali jika hendak keluar dari rumah (bagi yang tidak sakit Covid-19).


•    Mohon perlindungan dengan ta’awwudz

​​​    
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ


“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari kejahatan semua makhluk yang telah diciptakan Allah.”


•    Mohon perlindungan dengan basmalah:

   
بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِيْ الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ


“Dengan nama Allah Yang Mahaagung, tidak ada sesuatu pun yang ada di bumi maupun yang ada di langit yang dapat berbahaya bersama nama Allah. Dia adalah Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”


•    Mohon perlindungan dengan kalimat berikut:

   
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ الَّتِيْ لاَ يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَ فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيْهَا وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي الأَرْضِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمِنْ شَرَّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ


Aku berlindung kepada Allah dengan kalimat-kalimat-Nya yang sempurna, yang tidak akan bisa dilewati orang seseorang yang baik, maupun seorang penjahat, dari kejahatan segala sesuatu yang turun dari langit, dari kejahatan segala sesuatu yang naik ke langit, dari kejahatan segala sesuatu yang tersebar (bertaburan) di bumi, dari kejahatan segala sesuatu yang keluar dari bumi, dan kejahatan segala fitnah (kejahatan) malam dan siang.


•    Mohon agar badanmu dikunci sekelilingmu dari segala penjuru, dari atas, dari bawah, dari depan, dari belakang, dari samping kiri, dan dari samping kanan dengan kalimat Tauhid dan Salawat kepada Nabi:


لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ حَوَالَيْنَا حِصَارٌ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُفْلاً وَمِسْمَارًا. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَوْلاً وَفِعْلاً. إِنَّ بَطْشَ رَبِّكَ لَشَدِيْدٌ وَاللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيْطٌ. بَلْ هُوَ قُرْآنٌ مَجِيْدٌ فِي لَوْحٍ مَحْفُوْظٍ


“Tidak ada Tuhan Yang Disembah, selain Allah. Jadikanlah sekitar (sekeliling diri kami) ada pagar /tembok (yang mengelilingi/memagari kami). Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah, yang mengunci dan memaku segala sesuatu yang ada di luar diri kami. Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Sesungguhnya hukuman Tuhanmu dahsyat. Allah adalah penjaga (yang menjaga/meliputi) dari belakang mereka. Bahkan, dia adalah Al-Qur’an yang mulia, yang tersimpan di Lauh Mahfuzh.”


•    Mohon agar Allah menjaga diri kita:


اللَّهُمَّ أَسْأَلُكَ بِقُدْرَتِكَ وَقَضَائِكَ وَقُوَّتِكَ وَسُلْطَانِكَ وَمُلْكِكَ وَإِذْنِكَ أَنْ تَحْفَظْنِيْ مِنْ جَمِيْعِ الْبَلايَا وَالْوَبَاءِ وَالْمِحَنِ وَالطَّعْنِ وَالطَّاعُوْنِ مِنْ جَمِيْعِ نَوَاحِيَّ: مِنْ فَوْقِيْ وَمِنْ تَحْتِيْ وَمِنْ أَمَامِيْ وَمِنْ خَلْفِيْ وَمِنْ أَيْمَانِيْ وَمِنْ شَمَائِلِيْ - وَأَنْتَ خَيْرٌ حَافِظًا وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ


“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu dengan qudrahmu, qada’-Mu, kekuatan-Mu, kekuasaan-Mu, dan dengan izin-Mu, agar Engkau melindungi aku dari segala ujian, cobaan, waba’, penyakit pes, dan penyakit Corona dari segala penjuru diriku, dari atas kepalaku, dari bawah kakiku, dari depanku, dari belakangku, dari sebelah kananku dan dari sebelah kiriku. Karena Engkaulah penjaga yang paling baik (dari segala penjaga), dan engkau adalah Tuhan yang paling penyayang dari semua yang penyayang.”


Kedua, doa asmaul husna agar terhindar dari Covid-19. Doa ini sebaiknya dibaca setelah shalat hajat 2 (dua) rakaat di tengah malam dan setelah shalat fardhu. Selain itu, boleh juga dibaca di waktu-waktu senggang. Adapun urutannya adalah sebagai berikut.


1. Istigfar: 


أَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ عَظِيْمٍ مِنْ جَمِيْعِ الْمَعَاصِيْ وَالذُّنُوْبِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ


“Aku mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung, dari semua dosa besar serta dosa dan kemaksiatan lainnya. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”


2. Tasbih lengkap:


سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ


“Maha suci Allah. Segal puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan kecuali Allah. Allah Maha Besar. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”


3. Ta’awwudz:


أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ


“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah Yang Maha Sempurna dari kejahatan semua makhluk yang telah diciptakan Allah.”


4. Basmalah:


بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْئٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ


“Dengan nama Allah Yang Mahaagung, tidak ada sesuatu pun yang ada di bumi maupun yang ada di langit yang dapat berbahaya bersama nama Allah. Dia adalah Tuhan Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui.”


5. Asmaul Husna sebagai berikut:


يَا لَطِيْفُ (اُلْطُفْ بِيْ) – يَا رَحْمَنُ (اِرْحَمْنِي) – يَا رَحِيْمُ (اِرْحَمْنِيْ) – يَا حَيُّ (أَحْيِنِيْ) – يَا قَيُّوْمُ (قَوِّمْنِيْ) – يَا عَلِيُّ (أَعْلِنِيْ) – يَا عَظِيْمُ (عَظِّمْنِيْ) – يَا قَوِيُّ (قَوِّنِيْ) – يَا عَزِيْزُ (عَزِّزْنِيْ) – يَا مَتِيْنُ (مَتِّنِّيْ( 


“Wahai Dzat Yang Maha Lembut (Lembutkanlah diriku). Wahai Dzat Maha Kasih (Kasihanilah diriku). Wahai Dzat Maha Sayang (Sayangiah diriku). Wahai Dzat Maha Hidup (Berilah kehidupan kepadaku). Wahai Dzat Maha Tegak (Tegaklah diriku). Wahai Dzat Maha Luhur (Luhurkanlah diriku). Wahai Dzat Maha Agung (Agungkanlah diriku). Wahai Dzat Maha Kuat (Berilah kekuatan kepadaku). Wahai Dzat Maha Perkasa (berilah keperkasaan kepadaku). Wahai Dzat Maha Kokoh (Kokohkanlah diriku)”.


6. Asmaul Husna khusus:


بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. يَا قَدِيْمُ يَا دَائِمُ يَا فَرْدُ يَا وِتْرُ يَا أَحَدُ يَا صَمَدُ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا كَرِيْمُ يَا رَحِيْمُ يَا سَنَدَ مَنْ لاَ سَنَدَ لَهُ يَا مَنْ إِلَيْهِ الْمُسْتَنِدُ يَا مَنْ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدُ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ


“Dengan nama Allah yang Maha Kasih lagi Maha Penyayang. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Wahai Dzat yang Maha Terdahulu, Maha Langgeng, Maha Tumpuan, Maha Hidup, Maha Berdiri, Maha Mulia, dan Maha Kasih. Wahai sandaran bagi yang tidak memiliki sandaran. Wahai Dzat yang kepadanya tempat bersandar. Wahai Dzat Yang Tidak Beranak dan Tidak diperanakkan. Tidak ada sesuatupun yang menyerupainya. Wahai Dzat Pemilik Keagungan dan Kemuliaan” 


7. Memohon kepada Allah agar disembuhkan:


اللَّهُمَّ آتِنِيْ مَا آَتَيْتَ عَبْدَكَ وَنَبِيَّكَ وَرَسُوْلَكَ عِيْسَى ابْنَ مَرْيَمَ يَا قَدِيْمُ – يَا دَائِمُ - يَا أَحَدُ - يَا وَاحِدُ - يَا صَمَدُ -يَا شَافِيْ (اِشْفِنِيْ بِشِفَائِكَ بِشِفَاءٍ مِنْ لَدُنْكَ لاَ يُغَادِرُ سَقَمًا وَلاَ أَلَمًا. لاَ شِفَاءَ إِلاَ شِفَاؤُكَ. أَنْتَ الشَّافِيْ لاَ شَافِيَ إِلاَّ أَنْتَ – بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ (


“Ya Allah, berikan kepadaku apa yang telah Engkau berikan kepada hamba-Mu, Nabi-Mu, Rasul-Mu, Isa bin Maryam. Wahai Dzat Maha Terdahulu, Maha Langgeng, Maha Tunggal, Maha Esa, Maha Menergangtungkan. Wahai Allah Dzat Maha Penyembuh (Sembuhkanlah diriku, dengan obat-Mu, dengan obat yang datang dari sisi-Mu, yang tidak menyisakan rasa sakit dan catat. Tidak ada obat kecuali obat Engkau. Engkau adalah Dzat Penyembuh. Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Engkau. Dengan rahmat-Mu, Wahai Dzat yang paling Penyayang dari semua penyayang).”


Demikian, semoga manfaat.


Suwendi, Alumni Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon; Penyintas Covid-19, Tinggal di Ciputat