Nasional

Nilai-nilai Luhur Foklor Haurs Diupayakan Sampai ke Generasi Muda

Rabu, 16 Oktober 2019 | 11:00 WIB

Nilai-nilai Luhur Foklor Haurs Diupayakan Sampai ke Generasi Muda

KepalaPusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Lektur Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia Muhammad Zain (Foto: NU Online/Abdullah Alawi)

Bogor, NU Online 
Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Lektur Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat akan mengupayakan nilai-nilai luhur dari foklor keagamaan yang diwariskan generasi sebelumnya bisa sampai ke generasi muda saat ini. 

Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Lektur Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia Muhammad Zain, upaya tersebut rencananya dilakukan tahun depan. 

“Kita sudah mengumpulkan penelitian foklor, sudah banyak banget, jumlahnya ribuan,” ungkap Muhammad Zain di sela Seminar Hasil Penelitian Folklor Keagamaan Nusantara di Hotel Swiss Bell, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin dan Selasa (14-15/10).

Namun, foklor yang memiliki tradisi intelektual dari satu generasi ke gernerasi berikutnya, pesan-pesan moral di dalamnya, tak tersampaikan dengan baik kepada generasi muda saat ini. Karena itulah, pihaknya berencana mempublikasikannya dalam bentuk yang mudah diterima, terutama oleh generasi muda. 

Caranya kata dia, akan mengundang berbagai kalangan yang mengerti media yang tepat untuk mereka. Mulai dari bahasanya, kemasannya, dan panjang pendeknya. 

“Saya minta dari sekian ribu foklor itu diseleksi sekitar 40 foklor yang kira-kira intinya inti, dipilih, disajikan dalam bentuk karikatur atau komik, dan kalau bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab,” katanya.  

Lebih lanjut ia menceritakan misi dari sebuah foklor, misalnya yang populer di Timur Tengah, yaitu Kisah Seribu Satu Malam. Di dalam kisah tersebut, menurut dia, orang Arab ingin mengatakan tiga hal. 

Pertama, kata dia, perempuan Arab itu cerdas dan memiliki hafalan yang kuat, buktinya perempuan yang berkisah tersebut mampu bercerita kepada suaminya tiap malam dan tidak berulang. Kedua, perempuan Arab sangat pemberani dalam mengambil risiko. Ketiga, perempuan Arab mampu mempengaruhi suaminya.

“Kisah itu sangat mashur ke selruh dunia.  Nah, foklor di Indonesia harus digali latar dan nilainya kemudian dikemas dengan media kekinian agar bisa diterima anak muda,” lanjutnya. 

Dalam seminar tersebut Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Lektur Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama Republik Indonesia menyajikan hasil penelitian foklor di beberapa daerah yaitu Cirebon, Kuningan, dan Ciamis (Jawa Barat), Pati, Pekalongan (Jawa tengah), Yogyakarta, Aceh, Banyuwangi (Jawa Timur), Ambon (Maluku), Jambi, dan Bengkulu. 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Fathoni Ahmad