Nasional SOSOK

Nuvisa Ulya, Praktisi Milenial Parenting Islami asal Malang

Jumat, 23 September 2022 | 21:00 WIB

Nuvisa Ulya, Praktisi Milenial Parenting Islami asal Malang

Pengasuh Pesantren Khaira Ummah Malang Hj Nuvisa Rizqid Diiny el-Ulya bersama suami dan ketiga anaknya. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Banyak orang tua ragu dalam menerapkan pola pendidikan agama yang kuat kepada anak. Namun, berbeda dengan yang dilakukan Pengasuh Pesantren Khaira Ummah Malang Hj Nuvisa Rizqid Diiny el-Ulya. Ia merasa mantap dan yakin untuk mendidik agama pada anak usia dini.


Sejak dirinya menikah dengan Gus Hirshi Anadza kemudian dianugerahi dua putra dan satu putri, ia berkomitmen untuk mengenalkan kewajiban-kewajiban seorang Muslim kepada anak-anaknya sejak dini.


Ning Nuvis, sapaan akrabnya, dikenal karena mengajarkan putra-putrinya untuk berpuasa hingga berbuka di waktu Maghrib sejak mereka berusia tiga tahun. Ia mengaku, pola pendidikan agama yang ia terapkan mengikuti apa yang diajarkan oleh orang tuanya, yakni KH M Luthfillah Masduqie dan Nyai Hj Qibtiyah Zaini.


“Berawal dari kekaguman saya kepada pola asuh orang tua yang santai, terbuka, dan mengedepankan musyawarah. Akan tetapi, tetap terarah dan tegas dalam urusan ibadah. Akhirnya saya memilih untuk mengikuti pola asuh seperti itu,” kata Ning Nuvis kepada NU Online, Jumat (23/9/2022).


“Meski saya akui bahwa tidak ada pola asuh yang 100% sempurna, tapi saya bahagia memiliki orang tua yang bisa dijadikan teladan dalam mendidik. Harapan saya juga anak-anak memiliki kesan yang sama kepada saya sebagai orang tua mereka,” sambungnya.


Ia menceritakan bahwa kedua orang tuanya sangat tegas dalam hal ibadah meskipun waktu itu masih kecil, termasuk dalam menerapkan puasa Maghrib sejak usia tiga tahun. Diberikan juga jadwal khusus untuk wirid kepada anak-anaknya dan tidak pernah bosan memberikan ijazah serta mengingatkan untuk selalu istiqamah.


Meskipun demikian, dalam pendidikan formalnya Ning Nuvis tidak pernah dipaksakan sehingga selalu mengedepankan musyawarah dalam mengambil keputusan. Alasannya bahwa anak-anak memiliki potensi dan keunikan masing-masing yang tidak dapat disamakan satu sama lain.


“Saya tidak pernah dibandingkan dengan kedua kakak saya dalam segi prestasi karena beliau percaya bahwa kami memiliki keistimewaan masing-masing. Itu juga yang saya terapkan kepada anak-anak saya,” ungkapnya. 


“Saya sadar bahwa yang dilakukan orang tua saya dulu tidaklah mudah karena membersamai amanah dari Allah swt yang luar biasa itu membutuhkan kesungguhan disertai keikhlasan,” tambah pemilik usaha Zaadalicious itu.


Ia mengaku selalu mengajak musyawarah sang suami terkait pola asuh terbaik bagi anak-anak. Ketika ingin menerapkan pola asuh sebagaimana dilakukan orang tuanya, ia mendiskusikan terlebih dahulu dengan sang suami. Jika nanti terjadi kendala, sang suami tentu tetap mendukungnya.


Santri tulen
Ning Nuvis merupakan sosok santri tulen. Ia menghabiskan masa remajanya di pesantren. Selepas sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Malang, ia melanjutkan studinya di Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Nurul Huda, Margosono, Malang.


“Kemudian lanjut nyantri di Pesantren Hidayatul Mubtadi’aat Qur’aniyyah, Lirboyo, Kediri. Lalu, kembali lagi ke Malang, yakni di Pesantren An-Nuriyah Kacuk,” ungkapnya.


Berbekal pendidikan, pengetahuan, serta pengalaman yang dimilikinya, Ning Nuvis tidak serta-merta menerapkan seluruh pola asuh orang tuanya kepada sang anak. Meskipun tujuan orang tua terdahulu adalah baik, namun ia merasa perlu memahami karakter yang ada pada masing-masing anak, serta mengenali emosi mereka.


“Karena terkadang perlu menekan keinginan dan perasaan merasa paling benar sebagai orang tua untuk bisa berusaha mengerti apa yang anak-anak rasakan, memang susah untuk dipraktikkan tapi itu penting sekali dilakukan,” tandas Ning Nuvis.


Perempuan kelahiran Sidoarjo 16 November 1994 ini lebih mengedepankan pillow talk (obrolan santai) dengan anak-anaknya untuk melatih mereka berdiskusi dua arah dari hati ke hati agar mengerti apa yang ingin dilakukan orang tua sebagai upaya baik dalam membersamai anak-anak bertumbuh.


Selain mengasuh di Pesantren Khaira Ummah, Ning Nuvis juga mengajar di pesantren mertuanya, yakni Raudlatul Ummah. Ia lebih fokus mengajar Fikih mulai dari Fikih Ibadah sampai Fikih Wanita. Ia juga beberapa kali berkesempatan menjadi narasumber untuk berbagi pengalaman dalam mendidik anak ataupun perannya sebagai orang tua perempuan.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori