Nasional

Para Akademisi Beri Solusi Hadapi Krisis Kemanusiaan dalam AICIS 2024

Senin, 11 Desember 2023 | 19:30 WIB

Para Akademisi Beri Solusi Hadapi Krisis Kemanusiaan dalam AICIS 2024

Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama, Prof Ahmad Zainul Hamdi (Foto: Tangkapan layar YouTube Kemenag)

Jakarta, NU Online
Kementerian Agama (Kemenag) akan kembali menyelenggarakan salah satu event besar yakni Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) 2024. Acara yang nantinya akan berpusat di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang pada 1-4 Februari 2024 nanti.

 

Acara ini nantinya akan mengambil tema besar Redefining the Roles of Religion in Addressing Human Crisis. Menurut Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama, Prof Ahmad Zainul Hamdi, pemilihan tema pada perhelatan AICIS yang ke-23 ini bertujuan agar bisa lebih memperdalam lagi kajian-kajian keagamaan secara umum yang pada akhirnya harus untuk mendefinisikan dirinya ketika dihadapkan pada krisis kemanusiaan.


"Jika kita berbicara tentang tafsir, studi hadits, dan berbagai varian studi keislaman, maka berbagai ruang lingkung studi keislaman ini pada akhirnya harus berani mendefinisikan posisinya, narasinya, untuk menjawab berbagai tantangan atau krisis kemanusiaan pada saat ini," ungkapnya saat peluncuran AICIS 2024 yang disiarkan secara langsung pada kanal YouTube Kemenag RI pada Senin, (11/12/2023).

 

"Apalagi kita sedang dihadapkan dengan sebuah krisis kemanusiaan yang luar biasa, peperangan dengan sentimen keagamaan yang sangat kental, yang berkelindan dengan berbagai kepentingan politik dan ekonomi global, baik itu yang ada di Palestina maupun Ukraina,” tambahnya.

 

Selain tema besar tersebut, ia mengatakan bahwa ada sebanyak tujuh sub tema yang telah ditentukan. Sub tema tersebut mulai nasionalisme, HAM, krisis kemanusiaan, hingga mengenai gender.


“Di bawah tema besar Redefining the Roles of Religion in Addressing Human Crisis, ada tujuh sub tema yang kita angkat, yakni Religion, Nationalism, and Citizenship in South East Asia; Impact of International Religious Issues and Tension of Nationalism, Citizenship, and Human Rights,” ucapnya.

 

"Selanjutnya adalah [In] equality, Justice, and Humanitarian Crisis; Religious Tensions and Global Humanity; Gender Spirituality and Minority Issues; Fiqh Siyasah on War and Peace: Post Colonial Era; Maslahah Mursalah based Policy, Equality and Empowerment,” lanjutnya.

 

Dikatakannya, dengan ketujuh tema yang diletakkan di bawah tema besar Redefining the Roles of Religion in Addressing Human Crisis ini, nantinya para akademisi bisa mendiskusikan, menyampaikan, bahkan berbicara lantang tentang temuan serta penelitiannya selama ini.


"Nantinya para akademisi, terutama dari kalangan PTKI, dan tentu saja dari para akademisi yang ada di luar PTKI yang selama ini melakukan kajian bisa hadir mendiskusikan bersama temuan-temuan kajiannya dan speak up tentang isu-isu peace (perdamaian, red), isu-isu humanity (kemanusiaan, red), dan juga isu-isu rights (hak asasi manusia, red), terutama dalam skala Asia Tenggara,” jelasnya.