Nasional

Parameter Kebaikan Seseorang Dinilai dari Khidmatnya pada Al-Qur’an

Selasa, 19 Oktober 2021 | 01:00 WIB

Parameter Kebaikan Seseorang Dinilai dari Khidmatnya pada Al-Qur’an

Ilustrasi: Kebaikan seseorang bisa dilihat dari caranya menyimpan dan mempelajari Al-Qur’an dari berbagai sisi; baik tajwid, tafsir, qiraat, maupun huruf.

Jakarta, NU Online 
Rais Majelis Ilmu Jamiyah Qura wal Huffadz Nahdlatul Ulama, KH Ahsin Sakho mengatakan, Al-Qur’an diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw untuk diajarkan kepada para sahabatnya sekaligus sebagai penegasan bahwa tolok ukur kebaikan seseorang dinilai dari khidmatnya pada Al-Qur’an. 

 

"Khairukum man ta’allamal qur’aana wa ‘allamahu. Barometer sebaik-baiknya seseorang itu adalah sampai sejauh mana dia berkhidmat kepada Al-Qur’an karena begitu Al-Qur’an sudah membumi maka siapa lagi yang bisa memasyarakatkan Al-Qur’an kalau bukan manusia," ujarnya dalam tayangan bertajuk Barometer Kebaikan Seseorang di kanal YouTube Harakah Majelis Taklim, Senin (18/10/2021).


Pengasuh Pondok Dar Al-Qur’an itu mengungkapkan Allah swt sangat senang jika hamba-hamba-Nya mau menyebarluaskan Al-Qur’an apa pun bentuk dan caranya. Misalnya, ketika menggiring anak-anak untuk bisa mengaji Al-Qur’an walaupun hanya sebatas membaca, kata dia, semua itu dihargai Allah swt apalagi sampai menghafal dan mengerti isi kandungannya. 

 

"Al mahiru bil qur'ani ma'as safarotil qiramil bararah. Artinya, orang yang mahir membaca Al-Qur’an; membacanya lancar, tidak ada yang salah, huruf tajwidnya bagus maka mereka itu sudah menyatu dengan Al-Qur’an dan Allah memberi penghargaan setingkat para malaikat,” kata Kiai Ahsin mengutip hadits Rasulullah saw.


Ia menambahkan bahwa kebaikan seseorang bisa dilihat dari caranya menyimpan dan mempelajari Al-Qur’an dari berbagai sisi; baik tajwid, tafsir, qiraat, maupun huruf. "Inilah cara Nabi Muhammad menghormati Al-Qur’an," ungkap pakar Qiraah Sab’ah Indonesia itu.
 

Pahala membaca Al-Qur’an tak terbatas
Lebih jauh, Rektor Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) 2006-2014 itu menyebut pahala orang membaca Al-Qur’an tidak terbatas. 

 

Ia mencontohkan seseorang yang masih terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an, menurutnya, mereka tetap mendapat dua pahala. Pertama, pahala terbata-batanya; Kedua, pahala membacanya.

 

Ia mengilustrasikan pahala orang yang membaca basmalah dan ta’wudz. "Membaca basmalah dan ta’awudz saja setiap hurufnya, argo pahalanya berjalan. Apalagi seandainya membaca setiap hari berapa pahala yang dikumpulkan? Kita titipkan saja kepada Allah swt," tutur kiai kelahiran Cirebon, 65 tahun lalu. 


"Inilah bentuk rasa terima kasih Allah kepada orang yang mau berkhidmat dengan Al-Qur’an. Tidak berhenti begitu saja, Allah memberikan penghargaan bagi (mereka) yang membaca Al-Qur’an baik mengerti atau tidak mengerti isinya," tambahnya.
 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Kendi Setiawan