Nasional

PBNU: Keadilan Sosial Belum Terwujud, Ketimpangan Masih Menganga

Rabu, 27 November 2019 | 10:45 WIB

PBNU: Keadilan Sosial Belum Terwujud, Ketimpangan Masih Menganga

Saat pertemuan PBNU dan sejumlah pimpinan MPR RI di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (27/11). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan bahwa pelaksaan sila kelima dalam Pancasila masih belum terwujud dan jauh dari harapan. Hal itu terlihat dari adanya kesenjangan ekonomi yang dinilai masih menganga di banyak tempat.

"Antara lain yang paling penting adalah sila kelima. Sila kelima yang masih jauh dari harapan. Istilahnya 'jauh panggang dari api'," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil SIroj seuasi PBNU mengadakan pertemuan tertutup dengan sejumlah pimpinan MPR RI di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (27/11).

Kiai Said mengaku heran karena sejumlah persoalan seperti ketimpangan sosial, kemiskinan, dan pengangguran berada di tempat-tempat yang kaya sumber daya alamnya, seperti Nganjuk, Tasikmalaya, dan Bondowoso.

"Semuanya adalah warga NU yang sangat miskin, sangat daif. Satu meter, sejengkal aja gak punya dan penduduk berada di tepi kekayaan alam: di tepi tambang, di tepi laut, di tepi hutan, di situ kekayaan luar biasa, justru di situ masyarakat miskin," ucapnya.

Kiai yang juga Pengasuh Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jjakarta Selatan itu berharap kepada semua pihak, khususnya pemerintah agar lebih memikirkan persoalan tersebut sehingga dapat segera terselesaikan. 

"Jangan hanya sekadar dipidatokan ketika kampanye, diorasikan ketika seminar, tapi tidak ada implementasinya," ucapnya.

Sebagaimana diketahui, sejumlah pimpinan MPR RI itu berkunjung ke PBNU dalam rangka silaturahim kebangsaan dan safari pembahasan wacana amandemen Undang-Undang Dasar 1945.

Selain Kiai Said, pada pertemuan yang berlangsung sekitar 1 setengah jam itu diikuti oleh sejumlah pengurus harian PBNU, seperti H Mochammad Maksoem Mahfoedz, KH Imam Aziz, H Robikin Emhas, H Syahrizal Syarif, H Ing Bina Suhendra, H Aizzuddin Abdurrahman, H Andi Najmi, dan Suwadi D Pranoto. Sementara dari pimpinan MPR yang datang, ialah Bambang Soesetyo, Ahmad Basarah, jazilul fawaid, Hidayat Nur Wahid, dan Fadel Muhammad.

Pewarta: Husni Sahal
Editor: Abdullah Alawi